Candida
albicans
a.
Taksonomi
Kingdom : Fungi
Divisio : Eumycophyta
Class : Deuteromycetes
Ordo : Melaneoniales
Family : Moniliaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida
albicans (Dewi, 2009)
b.
Definisi
Candida
albicans adalah suatu ragi lonjong, bertunas yang
menghasilkan pseudomisellium baik dalam biakan maupun dalam jaringan dan
eksudat. Ragi ini adalah anggota flora normal selaput mukosa saluran
pernapasan, saluran pencernaan dan genitalia wanita. Di tempat ini, ragi dapat
menjadi dominan dan menyebabkan keadaan-keadaan patologik. Kadang-kadang Candida
menyebabkan penyakit sistemik progresif pada penderita yang lemah atau
sistem imunnya tertekan, terutama jika imunitas berperantara sel terganggu
(Jawetz et al. 2009).
c.
Morfologi
Pada
biakan atau jaringan, spesies Candida tumbuh sebagai sel ragi tunas, berbentuk
oval berukuran 3-6 μm. Candida membentuk pseudohifa ketika tunas-tunas terus
tumbuh tetapi gagal melepaskan diri, menghasilkan rantai sel yang memanjang. Candida
albicans bersifat dimorfik, selain ragi dan pseudohifa, Candida juga dapat
menghasilkan hifa sejati.
Candida
albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk
tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan
berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk
hifa semu. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang
mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat
lonjong dengan ukuran 2-5 μ x 3-6 μ hingga 2-5,5 μ x 5-28 μ (Jawetz et al, 2009).
Pada
penelitian Dewi (2009) menyatakan bahwa Candida
albicans merupakan anggota flora normal selaput lendir, saluran pernafasan,
saluran pencernaan, dan genetalia wanita. Candida albicans dapat
menimbulkan invasi dalam aliran darah, trombofiebitis, endokarditas atau
infeksi pada mata dan organ lain. Candida albicans mampu meragikan
glukosa dan maltosa, menghasilkan asam dan gas serta tidak bereaksi dengan
laktosa. Peragian karbohidrat ini bersama-sama dengan sifat koloni dan
morfologi koloni, membedakan Candida albicans dari spesies Candida lainnya. Jamur ini
menyebabkan kandidiasis. Jamur ini mempunyai sedikit koloni namun penyebarannya
merata, berwarna putih, dan penyebab kandidiasis. Kandidiasis dapat menjangkit
selaput lendir, kuku, dan berbagai organ tubuh. Sering terjadi kandidiasis
bibir dan lidah karena penggunaan protese (gigi palsu) yang tidak cocok,
sehingga menimbulkan pengerasan gusi atau bibir.
Pada agar sabouraud yang dieramkan pada suhu kamar atau 37ºC
selama 24 jam, spesies Candida menghasilkan koloni-koloni halus berwarna krem
yang mempunyai bau seperti ragi. Pertumbuhan permukaan terdiri atas sel-sel
bertunas lonjong. Pertumbuhan di bawahnya terdiri atas pseudomiselium. Ini
terdiri atas pseudohifa yang membentuk blastokonidia pada nodus-nodus dan
kadang-kadang klamidokonidia pada ujung-ujungnya (Simatupang, 2009).
Dua tes morfologi sederhana membedakan Candida albicans yang paling patogen dari spesies Candida lainnya
yaitu setelah inkubasi dalam serum selama sekitar 90 menit pada suhu 37ºC,
sel-sel ragi Candida albicans akan
mulai membentuk hifa sejati atau tabung benih dan pada media yang kekurangan
nutrisi Candida albicans menghasilkan
chlamydospora bulat dan besar. Candida
albicans meragikan glukosa dan maltosa, menghasilkan asam dan gas, asam
dari sukrosa, dan tidak bereaksi dengan laktosa. Peragian karbohidrat ini,
bersama dengan sifat-sifat koloni dan morfologi, membedakan Candida albicans dari spesies Candida
lainnya (Simatupang, 2009).
Candida
albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan
terus memanjang membentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan banyak kelompok
blastospora berbentuk bulat atau lonjong di sekitar septum. Dinding sel Candida
albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga sebagai target dari beberapa
antimikotik (Hasanah, 2012).
d.
Habitat
Candida
albicans mempunyai habitat di tempat yang lembab, di alam
bebas, yaitu di air, tanah dan kotoran binatang. Selain di alam bebas, Candida
albicans dapat hidup di dalam tubuh manusia sebagai parasit atau saprofit,
yaitu dalam alat pencernaan, alat pernapasan atau di dalam vagina orang sehat.
Pada keadaan tertentu Candida ini
dapat berubah menjadi patogen dan dapat menyebabkan penyakit yang disebut kandidiasis
(Siregar, 2005).
b.
Faktor predisposisi
Menurut
Simatupang (2009), Faktor predisposisi
utama infeksi Candida albicans adalah sebagai berikut : diabetes
melitus, kelemahan menyeluruh, imunodefisiensi, kateter intravena atau kateter
air kemih yang terpasang terus menerus, penyalahgunaaan narkotika intravena,
pemberian antimikroba (yang mengubah flora bakteri normal), dan kortikosteroid.
Pada dasarnya, faktor predisposisi ini digolongkan menjadi 2 kelompok, yaitu:
1)
Faktor endogen meliputi:
Perubahan
fisiologik ( kehamilan, kegemukan, pengaruh pemberian obat-obatan seperti
antibiotika, kortikosteroid atau sitostatika), umur (orangtua dan bayi lebih
mudah terkena infeksi karena status imunologiknya tidak sempurna), dan
imunologik (imunodefisiensi).
2)
Faktor eksogen meliputi:
Iklim
panas dan kelembaban (menyebabkan banyak keringat terutama pada lipatan-lipatan
kulit), kebersihan kulit, kebiasaan berendam kaki dalam air terlalu lama,
kontak dengan penderita. Kedua faktor eksogen dan endogen ini dapat berperan
menyuburkan pertumbuhan Candida atau dapat mempermudah terjadinya invasi
candida ke dalam jaringan tubuh.
c.
Patogenitas
Candida albicans dapat
menimbulkan penyakit pada beberapa tempat seperti infeksi mulut (sariawan)
terutama pada bayi, terjadi pada selaput mukosa pipi dan tampak sebagai bercak
putih. Pada organ genitalia wanita (vulvovaginitis) menyerupai sariawan tetapi
menimbulkan iritasi, gatal yang hebat dan pengeluaran sekret. Pada infeksi
kulit terutama terjadi pada bagian tubuh yang yang basah dan hangat, seperti
ketiak, lipatan paha, skrotum atau lipatan di bawah payudara. Infeksi paling
sering terjadi pada orang yang gemuk dan diabetes. Infeksi pada kuku
menyebabkan rasa nyeri, bengkak kemerahan pada lipatan kuku yang dapat
mengakibatkan penebalan dan alur transversal pada kuku sehingga pada akhirnya
dapat menyebabkan kehilangan kuku. Infeksi
Candida albicans dapat menyebabkan invasi sekunder pada paru-paru, ginjal
dan organ lain yang sebelumnya telah menderita penyakit lain (misalnya
tuberkulosis atau kanker) (Rochani, 2009).
d.
Infeksi Candida
Sumber
utama infeksi Candida adalah flora normal dalam tubuh pada pasien dengan sistem
imun yang menurun. Dapat juga berasal dari luar tubuh, contohnya pada bayi baru
lahir mendapat Candida dari vagina ibunya atau dari staf rumah sakit. Transmisi
Candida antara staf rumah sakit dengan pasien, pasien dengan pasien biasanya
muncul pada unit khusus, contohnya unit luka bakar, unit hematologi, unit
bedah, neonatus dan unit transplantasi (Simatupang, 2009).
Infeksi
Candida dapat berlangsung secara endogen, eksogen atau dengan kontak
langsung. Infeksi endogen lebih sering terjadi karena Candida ini memang
hidup saprofit di dalam traktus digestivus. Bila ada faktor predisposisi, maka Candida
ini dapat lebih mudah mengadakan invasi di sekitar mukokutan, anus, dapat
menyebabkan perianal kandidiasis atau di sudut mulut menyebabkan perioral
kandidiasis. Pecandu narkotik dapat menderita kandidiasis yang disebabkan oleh
jarum suntik yang tidak steril (Siregar, 2005).
Infeksi
eksogen atau dengan kontak langsung dapat terjadi bila sel-sel ragi menempel
pada kulit atau selaput lendir sehingga dapat menimbulkan kelainan-kelainan
pada kulit tersebut, misalnya: vaginitis, balanitis atau kandidiasis
interdigitalis (Siregar, 2005).
e.
Isolasi dan identifikasi Candida albicans
Penanaman dilakukan dengan cara
mengambil sedikit sampel dengan ose steril kemudian dihapuskan atau disebarkan
ke seluruh permukaan media agar Sabouraud Dekstrosa (SDA). Biakan diinkubasi
pada suhu kamar selama 7 hari. Hasil dianggap positif Candida
bila pada biakan tumbuh koloni jamur
yang berwarna putih sampai krem dengan permukaan menimbul dan dilakukan
pemeriksaan mikroskopik dengan larutan LPCB tampak adanya sel ragi dengan atau
tanpa hifa semu. Hasil dinyatakan negatif bila pada biakan tidak tumbuh koloni
jamur sampai umur biakan 10 hari atau lebih. Setelah biakan dinyatakan positif Candida, pemeriksaan dilanjutkan dengan
melakukan serangkaian pemeriksaan untuk identifikasi spesiesnya (Mulyati et al, 2002).
Isolat Candida albicans yang akan diidentifikasi dilakukan
peremajaan dengan cara membiak ulang ke dalam medium pembenihan agar Sabouraud
Dekstrosa (SDA) dan diinkubasi pada suhu kamar selama 48 – 72 jam. Isolat siap
untuk diidentifikasi (Mulyati et al,
2002).
Biakan pada media chromagar dengan menghapuskan suspensi Candida
dengan ohse steril di atas permukaan
medium Chromagar. Biakan diinkubasi selama 48 jam
pada suhu 37ºC. Identifikasi spesies ditentukan berdasarkan perbedaan warna
koloni yang terjadi, seperti Candida albicans berwarna hijau, Candida tropicalis berwarna ungu tua sampai biru ke abu-abuan dan Candida krusei berwarna merah jambu sampai ungu
kemerahan (Mulyati et al, 2002).
f.
Epidemiologi dan pencegahan
Tindakan pencegahan yang paling
penting adalah menghindari gangguan keseimbangan pada flora normal dan gangguan
daya tahan inang. Infeksi kandidiasis tidak menular karena sebagian besar
individu dalam keadaan normal sudah mengandung organisme tersebut (Jawetz et al, 2009).
Usaha pencegahan
terhadap timbulnya kandidiasis meliputi penanggulangan faktor predisposisi dan
penanggulangan sumber infeksi yang ada. Penanggulangan faktor predisposisi
misalnya tidak menggunakan antibiotika atau steroid yang berlebihan, tidak
menggunakan pakaian ketat, mengganti kontrasepsi pil atau AKDR dengan
kontrasepsi lain yang sesuai, memperhatikan higiene. Penanggulangan sumber
infeksi yaitu dengan mencari atau mengatasi sumber infeksi yang ada, baik dalam
tubuhnya sendiri atau diluarnya (Darmani, 2001).