Mesocyclops aspericornis

| Minggu, 13 Januari 2013 | 0 komentar |


PENDAHULUAN

Sebelum Cyclops digunakan dalam program pengendalian nyamuk, perlu dipertimbangkan antara lain seleksi spesies Cyclops yang paling efektif untuk diaplikasikan terutama efektivitasnya sebagai predator jentik nyamuk, produksi, penyimpanan dan distribusinya pada skala yang lebih luas, kesuksesan dalam mempertahankan kepadatan populasi setelah diintroduksikan pada habitat perairan, mampu bertahan hidup lama pada tempat perindukan dan keterkaitan Cyclops dalam praktek pengendalian nyamuk secara terpadu.
Marten, 1990 melaporkan bahwa 7 spesies Cyclopoid Copepoda telah digunakan untuk mengendalikan jentik Ae. Albopictus pada ban bekas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa M. longisetus dan albidus dapat menurunkan populasi Ae. Albopictus masing-masing sebesar 99,8 % dan 100 % setelah 3 bulan diintroduksikan pada ban bekas.
Dilaporkan pula bahwa 4 spesies Cyclopoid Copepoda yaitu M. thermocyclopoides, M. venezolanus, M. longisetus dan M. albidus mempunyai efektivitas tinggi untuk mengendalikan jentik Ae. aegypti pada berbagai tempat penampungan air milik penduduk di El Progreso, Honduras. Keempat spesies tersebut mampu memangsa lebih kurang 20 ekorjentik Ae. aegypti / Cyclopoid / hari, tetapi hanya M. longisetus yang paling efektif mengendalikan jentik Ae. aegypti pada kondisi lapangan karena mampu bertahan hidup lama dalam penampungan air, toleran terhadap perubahan suhu dalam penampungan air dan biasa hidup di dasar air sepanjang hari hingga tidak terciduk pada waktu air digunakan oleh penduduk
Copepoda berasal dari bahasa Yunani yaitu Kope = "dayung" dan Podos = "kaki". Oleh karena itu Copepod = berdayung kaki, yang mengacu pada sepasang kaki yang sama yang bergerak bersama-sama. Copepoda merupakan kelompok entomostraca dengan jumlah spesies terbesar, yaitu sekitar 12.000 spesies dan sebagian besar hidup bebas dan sekitar 25%-nya sebagian ektoparasit. Kebanyakan Copepoda terdapat di laut dan sebagian lagi di air tawar, baik sebagai plankton maupun fauna interstisial. Beberapa spesies hidup dalam hamparan lumut dan humus. Rata-rata ukurannya antara 0,5-15 mm tetapi ada yang dapat mencapai 25 cm yang biasanya sebagai parasit, misalnya Panella sebagai ektoparasit pada ikan laut dan ikan hiu.
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum        : Arthtropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas        : Maxillopoda
Subkelas   : Copepoda
Tubuh kelompok ini berbuku-buku dengan bentuk pipih memanjang dan berkaki pendek dimana anterior lebih lebar. Bentuk dewasa mempunyai sebuah alat penginderaan pertama yaitu antena yang tersusun dari banyak segmen. Sedangkan antena kedua berfungsi untuk memegang. Pada daerah oral tubuh, dari beberapa kelompok yang termasuk parasit Copepoda termodifikasi sebagai mulut yang berbentuk pipa (mouth-tube) yang berfungsi untuk menyedot makanan, dengan mandibula berbentuk seperti parutan dibagian dalamnya.
Anatomi tubuh Copepoda:
Adaptasi secara morfologis yang terjadi pada parasit Copepoda berupa tambahan Cephalothorax yang kompleks pipih memanjang dan bagian ventral cembung dengan sebuah lempeng penghisap (sucking disc). Selain itu ada yang mempunyai struktur seperti jangkar, berfungsi untuk menjaga parasit agar tetap menempel pada hospes selama hidupnya. Contohnya pada Lernaecopodidae dan bangsa Siphonostomatoida. Copepoda dewasa berukuran antara 1 dan 5 mm. Bagian depan meliputi 2 bagian yakni cephalotoraks dan abdomen yang lebih kecil dibandingkan cephalotoraks. Pada bagian kepala memiliki mata di bagian tengah dan antenna yang pada umumnya sangat panjang. Copepoda yang bersifat planktonik pada umumnya suspension feeders.
Copepod dibagi menjadi 10 ordo, yaitu: Calanoid, Harpacticoid, Cyclopoid, Gelylloida, Harpacticoida, Misophrioida, Monstrilloida, Platycopioida, Poecilostomatoida, Siphonostoida, dan Argulidae. Sebagian besar anggota dari Copepoda adalah parasit pada invertebrata lain atau ikan. Kelompok-kelompok parasit menunjukkan sejumlah besar keanekaragaman morfologi dan memiliki spesialisasi yang luar biasa banyak untuk gaya hidup mereka parasit. Tiga kelompok yang paling sering hidup bebas,yaitu Calanoida, Harpactacoida, dan Cyclopoida. Para Harpactacoida bersifat bentik terbukti dengan berbentuk ulat mereka (berbentuk cacing). Para Calanoida dan Cyclopoida bersifat planktonik dan keduanya sangat penting dalam jaring makanan pada ekosistem.
Copepoda berenang menggunakan kaki renang dengan gerakan yang sangat cepat dan menyentak-nyentak (jerky sudden motions). Bila gerakan kaki renang berhenti, maka antena pertama (antenul) membuka ke arah lateral supaya tidak tenggelam. Bila sedang berenang, antenul mengarah ke belakang.
Kebanyakan copepoda planktonik di luar terdapat pada lapisan permukaan sampai kedalaman 50 m, namun banyak spesies dijumpai sampai 2.000 m, bahkan beberapa spesies lebih dalam lagi. Banyak spesies copepoda melakukan migrasi vertikal, dan dalam hal ini dipengaruhi cahaya. Harpacticoida dan cyclopoida penghuni dasar perairan merayap atau meliang (burrow) dalam substrat menggunakan kaki thorax dan gerak undulasi tubuh. Banyak harpacticoida hidup sebagai fauna interstisial mempunyai tubuh langsing dan antenna yang pendek.
Copepoda planktonik umumnya bersifat filter feeder dan memakan plankton. Banyak pula jenis yang menangkap organisme lebih besar disamping sebagai filter feeder, bahkan beberapa spesies merupakan predator. Beberapa jenis Cyclopoida seperti beberapa spesies Cyclops juga predator. Kebanyakan Harpaticoid benthic memakan bakteri dan detritus. Cadangan makanan dalam bentuk butir-butir minyak merupakan penyebab utama warna merah cerah pada beberapa spesies Diaptomus.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnX3KmYKXXh2a2dfLeYzVvQv7rR2rEObLea3RlZGvR7Plh1HPMAyhjwmRhNfNKPq_j8bsGw8gQaRJIS2XoiyUUNtgEwEmrm0FMgCuoiWs7E4EVmWh6t6DiLYbq8-63u2EqUFQuIfcshaE/s320/Slide7.JPG

Tubuh Copepoda dibagi menjadi dua daerah,yaitu prosomal dan urosomal. Wilayah ini dipisahkan oleh artikulasi utama atau titik meregangkan dalam tubuh. Kelompok copepoda yang berbeda memiliki nomor yang berbeda dari segmen dalam prosome, sehingga generalisasi tidak dapat dibuat. Pada bagian prosomal dibagi menjadi dua bagian yaitu cephalotoraks (kepala dengan toraks dan segmen toraks ke enam) dan abdomen yang lebih kecil dibandingkan cephalotoraks, sedangkan urosomal merupakan bagian segmen toraks ke-7 sampai ekor. Hampir semua bagian tubuh ditemukan pada segmen prosomal kecuali untuk bagian spiney pada segmen tubuh terakhir disebut caudal ramus.
Cephalotoraks  mempunyai 5 pasang anggota tubuh  yaitu antena pertama, antena kedua, mandible, maxila pertama, maxilla kedua. Antena pertama berjumlah 25 segmen yang berfungsi sebagai alat sensor, gerak dan proses pembuahan/copulasi (jantan) untuk menempel pada betina. Antena kedua lebih pendek & berfungsi alat sensor jika ada mangsa atau saat terancam maka antenna ini yang akan mengirim sensor ke otak. Mempunyai sebuah mata nauplius median (di tengah) yang terdiri atas 3 buah ocelli yaitu 2 lateral dan sebuah median. Selain itu juga terdapat sepasang maksilliped dan masing pasangan mempunyai kaki renang yang biramus (3 segmen eksopod & 3 segmen endopod). Pada betina memiliki egg sac atau kantung telur untuk menyimpan telur. Bagian abdomen juga terdapat kaki renang yang biramus yang berjumlah lima pasang.
Habitat copepoda bermacam-macam, antara lain:
1.      Habitat Laut
Meskipun copepoda dapat ditemukan hampir di mana air tersedia tetapi sebagian besar yang dikenal hidup di laut. Karena mereka adalah biomassa terbesar di lautan. Beberapa menyebut mereka serangga laut. Mereka berkeliaran bebas air, liang melalui sedimen di dasar laut, ditemukan pada flat pasang surut dan dalam parit laut dalam. Setidaknya sepertiga dari semua spesies hidup sebagai asosiasi, commensals atau parasit pada invertebrata dan ikan. Salah satu hotspot keanekaragaman spesies terumbu karang tropis di IndoPacific. Beberapa spesies karang adalah host untuk sampai dengan 8 spesies copepoda. Seperti flat pasang mangrove berkerumun dengan kehidupan copepoda .
2.       Habitat Air Tawar
Spesies dari Calanoida, Cyclopoida dan Harpacticoida telah berhasil dijajah semua jenis habitat air tawar dari sungai kecil untuk danau gletser tinggi di Himalaya. Meskipun keanekaragaman jenis di air tawar tidak setinggi dalam kelimpahan laut copepoda terkadang cukup besar untuk noda air. Bahkan di air tanah copepoda khusus telah berevolusi. Beberapa spesies copepoda dapat ditemukan pada musim gugur daun hutan basah atau di tumpukan kompos basah, kadang-kadang dalam kepadatan cukup tinggi. Lainnya tinggal di lumut gambut atau bahkan dalam phytothelmata (kolam kecil terbentuk di axils meninggalkan tanaman) dari bromeliad dan tanaman lainnya.






ISI

Upaya pengendalian vektor penyakit secara kimia dengan menggunakan insektisida semakin lama justru menimbulkan resistensi nyamuk vektor. Mengingat ha1 tersebut maka dikembangkan jasad hayati sebagai alternatif untuk mengendalikan jentik nyamuk vektor. Mesocyclops aspericornis merupakan salah satu jasad hayati yang digunakan dalam pengendalian vektor.
Untuk perbanyakannya, Mesocyclops aspericornis mengalami reproduksi seksual. Spesies ini baik jantan maupun betina melakukan aktivitas kawin satu kali atau lebih. Individu betina memiliki sepasang kantong telur. Setiap kantong telur berisi 2-50 butir telur. Perkembangannya dari telur yang fertil menjadi stadium larva yang disebut nauplius, dan selanjutnya mengalami metamorfosis menjadi copepodit dan akhirnya menjadi dewasa.
Mesocyclops aspericornis merupakan salah satu jasad hayati yang digunakan untuk pengendalian jentik nyamuk vektor. Spesies tersebut telah digunakan dalam pengendalian jenis Aedes aegypi.
Mesocyclops aspericornis betina mempunyai sebuah atau sepasang ovary dan sepasang seminal receptacle. Mesocyclops aspericornis jantan yang hidup bebas biasanya mempunyai sebuah testes dan membentuk spermatofora. Pada waktu kopulasi, Mesocyclops aspericornis jantan memegang yang betina dengan antena pertama atau kaki renang keempat atau kelima yang berbentuk capit, dan melekatkan spermatofora pada betina pada pembuahan seminal receptacle. Sekali kopulasi dapat digunakan untuk membuahi 7 sampai 13 kelompok telur. Telur yang telah dibuahi dierami dalam sebuah atau sepasang kantung telur. Tiap kantung telur berisi antara 5 sampai 50 butir telur. Mesocyclops aspericornis betina mengerami telur sampai selama 12 jam sampai 5 hari, maka kantung telur hancur dan keluarlah larva yang disebut nauplius. Kemudian Mesocyclops aspericornis betina tersebut akan menghasilkan kantung baru dan kelompok telur baru.
Stadia nauplius sebnyak 5 atau 6 instar, kemudian menjadi copepodid sebanyak 5 instar, dan akhirnya menjadi dewasa. Mesocyclops aspericornis dewasa tidak mengalami pergantian kulit. Perkembangan dari telur sampai dewasa memakan waktu antara satu minggu sampai satu tahun. Mesocyclops aspericornis hidup bebas berumur antara 6 bulan sampai satu tahun lebih. Untuk mempertahankan diri terhadap lingkungan buruk, beberapa caponoid dan harpaticoid air tawar menghasilkan telur dengan cangkang tipis dan telur dorman dengan cangkang tebal. Jenis air tawar yang lain, ada instar copepodid atau dewasa melakukan estivasi dengan membungkus diri dengan selubung organic yang keras dan menjadi siste. Selain untuk mempertahankan diri terhadap lingkungan buruk, telur dorman atau siste juga merupakan sarana penyebaran keturunan.
Copepoda hidup bernafas dengan permukaan tubuh. Kelenjar makila merupakan alat ekskresi. Tidak ada jantung ataupun pembuluh darah. Darah beredar dalam hemocoel karena adanya gerakan otot, apendik saluran pencernaan. Hanya calanoid yang mempunyai jantung semacam kantung. Susunan syaraf terpusat, dan benang syaraf tidak melewati thorax. Copepoda yang hidup sebagai parasit lebih dari 1000 spesies. Kebanyakan sebagai ektoparasit, namun banyak juga sebagai endoparasit dalam tubuh polychaeta, usus leli laut, saluran pencernaan tunica dan kerang, bahkan pada crustacea lain. Endoparasit acapkali tidak mempunyai mulut, dan makanan diabsorbsi langsung dari inang.





PENUTUP

Mesocyclops aspericornis dilaporkan sebagai hewan pemakan algae, rotifera, copepoda yang lain, protozoa, chironomid, oligochaeta, larva ikan dan beberapa organisme aquatik lain. Di daerah tropis dam sub tropis, spesies tersebut distribusinya tersebar luas dan terdapat dalam jumlah yang melimpah di danau air tawar, reservoar, parit, kolam, lubang pohon, sumur, dan lubang kepiting.
M. aspericornis lebih baik diaplikasikan di daerah dengan kondisi air yang terbatas dan pengurasan jarang dilakukan oleh penduduk. Disarankan untuk dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan skala yang lebih luas baik area maupun jumlah TPA.

mikosis

| | 0 komentar |


PENDAHULUAN

Infeksi oleh jamur disebut mikosis. Infeksi ini lebih jarang dibanding infeksi bakteri atau virus. Infeksi oleh jamur biasanya baru terjadi apabila ada kondisi yang menghambat salah satu mekanisme pertahanan tubuh.
Infeksi jamur dibagi menjadi 2:
a)      Infeksi superfisial (infeksi dermatofit dan infeksi mukokutan)
b)      Infeksi sistemik (infeksi jaringan dan organ yang lebih dalam)
Ciri ciri jamur :
a)      Organisme eukariotik
b)      Tidak berklorofil
c)      Saprofit (perlu bahan organik untuk energi)
d)     Dapat menginfeksi hewan yang lebih besar
e)      Berkoloni pada kulit, masuk melalui paru dalam bentuk spora
f)       Sebagian kecil menginfeksi sistemik serius jika terpapar terus menerus

Infeksi superfisial umumnya diterapi dengan preparat lokal (dermatologi), kadang dengan obat sistemik. Infeksi sistemik lebih sulit diobati, memerlukan terapi jangka panjang dan obat yang tersedia sering menyebabkan efek samping yang berat. Obat antijamur terdiri dari :
a)      Kelompok polyene (amfoterisin B, nistatin, natamisin)
b)      Kelompok azol (ketokonazol, ekonazol, klotrimazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol)
c)      Allilamin (terbinafin), griseofulvin, dan flusitosin.

Infeksi jamur umumnya hanya mengenai bagian luar tubuh, namun beberapa jamur seperti yang menyereang pada paru-paru (spora) akibat sangat tergantung dari derajat dan jenis respon imun seperti manifestasi saluran nafas ringan, reaksi hipersensitivitas berat sampai terjadi kematian.
Reaksi imunitas selular oleh karena menunjukan reaksi hipersensitivitas tipeIV terhadap jamur bersangkutan. Gangguan dalam reaksi hipersensitivitas terjadi karena:
a)      Terjadi infeksi kronik atau kepekaan terhadap kandidiasis
b)      Diduga sel T berperan besar dalam resistensi untuk memproduksi limfokin dan merangsang makrofag menghancurkan jamur. Timbulnya kandidiasis pada imunodefisiensi menunjukan bukti berperannya sel T dalam resistensi terhadap infeksi jamur
c)      Diduga sel PMN juga berperan terhadap infeksi jamur
d)     Mekanisme untuk eliminasi berbeda, tergantung jenis jamur yang menginfeksi

Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu atau air. Disamping cara penularan tersebut diatas, untuk timbulnya kelainan-kelainan di kulit tergantung dari beberapa faktor:
a)      Faktor virulensi
b)      Faktor trauma
c)      Faktor suhu dan kelembaban
d)     Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
e)      Faktor umur dan jenis kelamin








ISI

Infeksi superfisial
Mikosis kutan disebabkan oleh jamur yang hanya menginvasi jaringan superfisialis yang terkeratinisasi (kulit, rambut dan kuku) dan tidak ke jaringan yang lebih dalam. Bentuk yang paling penting adalah dermatofita, suatu kelompok jamur serumpun yang diklasifikasika menjadi 3 genus Epidennophyton, Microsporum danTrychopyton. Pada jaringan keratin yang tidak hidup, bentuk-bentuk ini adalah bila dan artrokonidia. Ada dua golongan jamur yang menyebabkan mikosis superfisialis yaitu non dermatofita dan dermatofita.
Secara etiologis dermatofitosis disebabkan oleh tiga genus dan penyakit yang ditimbulkan sesuai dengan penyebabnya. Diagnosis etiologi ini sangat sukar oleh karena harus menunggu hasil biakan jamur dan ini memerlukan waktu yang agak lama dan tidak praktis. Disamping itu sering satu gambaran klinik dapat disebabkan oleh beberapa jenis spesies jamur, dan kadang-kadang satu gambaran klinis dapat disebabkan oleh beberapa spesies dematofita sesuai dengan lokalisasi tubuh yang diserang. Istilah Tinea dipakai untuk semua infeksi oleh dermatofita dengan dibubuhi tempat bagian tubuh yang terkena infeksi, sehingga diperoleh pembagian dermatofitosis sebagai berikut:
1.      Tinea kapitis : bila menyerang kulit kepala dan rambut
2.      Tinea korporis : bila menyerang kulit tubuh yang berambut (globrous skin).
3.      Tinea kruris : bila menyerang kulit lipat paha, perineum, sekitar anus dapat meluas sampai ke daerah gluteus, perot bagian bawah dan ketiak atau aksila
4.      Tinea manus dan tinea pedis : Bila menyerang daerah kaki dan tangan, terutama telapak tangan dan kaki serta sela-selajari
5.      Tinea Unguium : bila menyerang kuku
6.      Tinea Barbae : bila menyerang daerah dagu, jenggot, jambang dan kumis
7.      Tinea Imbrikata : bila menyerang seluruh tubuh dengan memberi gambaran klinik yang khas.
Tinea kapitis
Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering ditularkan melalui binatang- binatang peliharaan seperti kucing, anjing dan sebagainya. Berdasarkan bentuk yangkhas Tinea Kapitis dibagi dalam 4 bentuk :
1.      Gray pacth ring worm
Penyakit ini dimulai dengan papel merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut jadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga menimbulkan alopesia setempat. Dengan pemeriksaan sinar wood tampak flourisensi kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melalui batas "Grey pacth" tersebut. Jenis ini biasanya disebabkan spesies mikrosporon dan trikofiton.
2.      Black dot ring worm
Terutama disebabkan oleh Trikofiton Tonsurans, T. violaseum, mentagrofites. infeksi jamur terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar rambut (ektotrik) yang menyebabkan rambut putus tepat pada permukaan kulit kepala. Ujung rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan ulit, yang berwarna kelabu sehingga tarnpak sebagai gambaran ”back dot". Biasanya bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita. Rambut sekitar lesi juga jadi tidak bercahaya lagi disebabkan kemungkinan sudah terkena infeksi penyebab utama adalah Trikofiton tonsusurans dan T.violaseum.
3.      Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk ini terutama disebabkan oleh Mikosporon kanis, M.gipseum , T.tonsurans dan T. Violaseum.

4.      Tinea favosa
Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus "moussy odor". Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang permanen. Penyebab utamanya adalah Trikofiton schoenleini, T. violasum dan T. gipsum. Oleh karena Tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah kepala, maka penyakit ini harus dibedakan dengan penyakitpenyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis vulgaris dan Dermatitis seboroika.

Tinea korporis
            Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi. Predileksi biasanya terdapat dimuka, anggota gerak atas, dada, punggung dan anggota gerak bawah. Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong dengan tepi yang
aktif. Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya dapat memberi gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sinsiner. Pada bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda eritema, adanya papel-papel dan vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Bila tinea korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi menghilang selanjutnya hanya meningggalkan daerah-daerah yang hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat teIjadi bersama-sama dengan Tinea kruris.

Tinea kruris
Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun, bertambah hebat bila disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang timbul dapat bersifat akut atau menahun. Kelainan yang akut memberikan gambaran yang berupa makula yang eritematous dengan erosi dan kadang-kadang terjadi ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif. Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya makula yang hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi. Gambaran yang khas adalah lokalisasi kelainan, yakni daerah lipat paha sebelah dalam, daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat meluas sampai ke gluteus, perot bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke aksila. Penyebab utama adalah Epidermofiton flokkosum, Trikofiton rubrum dan T.mentografites.

Tinea manus dan tinea pedis
Tinea pedis disebut juga Athlete's foot = "Ring worm of the foot". Penyakit ini sering menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah seperti tukang cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup seperti anggota tentara. Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder. Ada 3 bentuk Tinea pedis:
a)      Bentuk intertriginosa
keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-celah jari terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban di celah-ceIah jari tersebut membuat jamur-jamur hidup lebih subur. Bila menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi dapat menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejala-gejala umum.
b)      Bentuk hiperkeratosis
Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi fisurafisura yang dalam pada bagian lateral telapak kaki.
c)      Bentuk vesikuler subakut
Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel dan bula yang terletak agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal yang hebat. Bila vesikelvesikel ini memecah akan meninggalkan skuama melingkar yang disebut Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat dan memperberat keadaan sehingga dapat terjadi erisipelas. Semua bentuk yang terdapat pada Tinea pedis, dapat terjadi pada Tinea manus, yaitu dermatofitosis yang menyerang tangan. Penyebab utamanya ialah : T .rubrum, T .mentagrofites, dan Epidermofiton flokosum.

Tinea unguium
Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila dimulai dari pangkal kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung dan Leukonikia trikofita bila di mulai dari bawah kuku. Permukaan kuku tampak suram tidak mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis. Dibawah kuku tampak adanya detritus yang banyak mengandung elemen jamur. Onikomikosis ini merupakan penyakit jamur yang kronik sekali, penderita minta pertolongan dokter setelah menderita penyakit ini setelah beberapa lama, karena penyakit ini tidak memberikan keluhan subjektif, tidak gatal, dan tidak sakit. Kadang-kadang penderita baru datang berobat setelah seluruh kukunya sudah terkena penyakit. Penyebab utama adalah : T.rubrum, T.metagrofites.

Tinea barbae
Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot, jambang dan kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus. Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan kerion.

Tinea imbrikata
            Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang disebabkan oleh Trikofiton konsentrikum. Gambaran klinik berupa makula yang eritematous dengan skuama yang melingkar. Apabila diraba terasa jelas skuamanya menghadap ke dalam. Pada umumnya pada bagian tengah dari lesi tidak menunjukkan daerah yang lebih tenang, tetapi seluruh makula ditutupi oleh skuama yang melingkar. Penyakit ini sering menyerang seluruh permukaan tubuh.