pewarnaan kapsul metode burry

| Sabtu, 05 April 2014 | 0 komentar |
Tujuan : Untuk mengetahui adanya kapsul dalam bakteri
Prinsip:Kapasul akan berwarna transparan dan sel bakteri akan berwarna merah atau biru sesuai dengan cat yang digunakan dengan latar belakang hitanapabila bakteri berkapsul dicat dengan pengecetan kapsul metode burry.
Alat dan Bahan:
  • Ohse bulat
  • Pipet tetes
  • Objeckglass + speader
  • Jembatan pengecetan
  • Safranin
  • Tinta cina
  • Mikroskop
  • Emersi oil
  • Spirtus dan pembakar spirtus
Cara kerja :
Pembuatan preparat
  • Siapkan objeckglass dan speader  yang bersih, kering dan bebas lemak
  • Letakkan 1 tetes tinta cina pada slah satu ujung sebelah kanan pada objeckglass
  • Tambahkan 1-2 ohse koloni bakteri secara aseptis
  • Campur koloni tersebut dengan ohse sampai homogen
  • Letakkan speader didepen suspense tersebut, geser kebelakang sehingga mengenai campuran tersebut dan biarkan menyebar diujung speader
  • Geser speader tersebut kedepan sehingga membentuk lapisan yang tipis
  • Kering anginkan, fiksasi diatas nyala api 3x
Pengecetan
  • Siapkan preparat yang sudah jadi dan taruh di jembatan pengecetan
  • Genangi preparat dengan safranin selama 2-5 menit
  • Buang sisa cat, cuci dengan air mengalir, kering anginkan
  • Periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000x  dengan penambahan emersi oil
Hasil:
Pembahasan:
Banyak spesies bakteri yang mensintesa polimer ekstrasel yang berkondensasi dan membentuk lapisan di sekeliling sel yang disebut kapsul. Pada media agar, koloni kuman berkapsul tampak seperti koloni yang brrlendir. Umumnya bakteri berkapsul lebih tahan terhadap efek fagositosisdari daya pertahanan badan. Sejenis kapsul pada Sreptococcus mutans misalnya, dapat melekat erat pada permukaan gigi, membentuk lapisan plaque pada gigi dan mengeluarkan produksi asam yang menyebabkan karies gigi.
Beberapa metode pengecatan kapsul:
  • Metode burry - Cata yang dipakai: Nigrosin,Methilene Blue, Safranin
  • Metode Hiss - Cat yang dipakai: Basic Fucsin (dengan  pencuci alcohol)
  • Metode Welch - Cat yang dipakai: carbol fuchsin ( dengan pencuci NaCl)
  • Metode Antony - Cat yang dipakai: Kristal violet (dengan pencuci CuSO4)
Perbedaan antara kapsul dan lendir
  • Kapsul : bentuk kompak dan pasti
  • Lendir  : bentuk tidak beraturan
Fungsi kapsul pada sel bakteri
  • Sebagai  makanan cadangan
  • Mencegah kekeringan
  • Mencegah fagositosis
  • Menunjukkan virulensi
  • Kapsul sulit diwarnai karena adaya afinitas( daya serap) terhadap cat sangat kecil
Hubungan antara kapsul dan virulensi bakteri
  • Semakain tebal kapsul maka virulensinya semakin kuat dan sebaliknya
Species bakteri berkapsul
  • Klebsiella pneumonia
  • Bacillus subtilis
  • Seratia marcescent
  • diplococcus pneumonia
  • Pneumococcus pneumonia

pewarnaan flagel metode gray

| | 0 komentar |
Tujuan : Untuk mengetahui flagel dalam bakteri dan letaknya.
Prinsip:  Flagel mampu mengikat zat warna karena penggunaan mordant, dan berwarna merah ungu  lebih muda dan sel vegetative akan berwarna merah ungu apabila dilakukan pengecetan flagel metode gray.
Alat dan Bahan:
  • Pipet tetes
  • Objeckglass
  • Media SIM
  • Ohse lurus
  • larutan mordant
  • larutan ZN A
  • Mikroskop
  • Emersi oil
  • Spirtus dan pembakar spirtus
Cara kerja
Lakukan uji motil terlebih dahulu
  • Siapkan media SIM, lakukan inokulasi 1ohse biakan bakteri secara tusukan pada media SIM secara aseptis
  • Inkubasi 37C selama 24 jam
Interprestasi hasil
  • (+) terjadi pertumbuhan menyebar pada sekitar tusukan
  • (-) tidak terjadi pertumbuhan menyebar pada sekitar tusukan
Pembuatan preparat
  • Siapkan objeckglass yang bersih, kering dan bebas lemak
  • Labelisasi
  • Teteskan 1 tetes sampel bakteri ditepi objeckglass menggunakan pipet tetes steril secara aseptis
  • Objeckglass dimiringkan sehingga tetesan mengalir keujung yang lain
  • Keringkan dalam incubator suhu 37C selama 10 menit
Pengecetan
  • Siapkan preparat yang sudah jadi dan taruh di jembatan pengecetan
  • Genangi preparat dengan larutan mordant selama 10 menit
  • Buang sisa cat, cuci dengan air mengalir
  • Genangi dengan ZN A selama 5 menit
  • Buang sisa cat, cuci dengan air mengalir, kering anginkan
  • Periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000x  dengan penambahan emersi oil
Hasil:
Pembahasan:
Beberapa bakteri mampu bergerak dengan menggunakan bulu cambuk/flagel. Flagel sendiri memiliki pengertian yaitu alat gerak yang berbentuk cambuk pada sejumlah mikroorganisme bersel satu. Flagel sendiri terdiri dari protein dengan diameter 12-30 nanometer. Berdasarkan ada tidaknya flagel dan kedudukan flagel tersebut, kita mengenal 5 macam bakteri. 
  • Atrick: bakteri tidak berflagel. contoh:bakteri coccus
  • Monotrick: mempunyai satu flagel salah satu ujungnya. contoh: Vibrio cholera
  • Lipotrick: mempunyai lebih dari satu flagel pada salah satu ujungnya. contoh: Rhodospirillum rubrum, Pseudomonas aerogenusa
  • ampitrick: mempunyai satu atau lebih flagel pada kedua ujungnya. contoh:Spirillum seifem 
  • Peritrick: mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.contoh: Salmonella typhosa, Escherichia coli, Proteus vulgaris


Pada pembuatan preparat tidak boleh menggunakan ohse dan tidak bleh dikeringkan pada suhu yang tinggi karena dapat merusak morfologi dari flagel (flagel dapat rontok).Flagel memungkinkan bakteri untuk bergerak kekondisi lingkungan yang menguntungkan dan menghindari lingkungan yang merugikan bagi hidupnya.
Flagel terdiri dari 3 bagian:
  • Pangkal (basal) merupakan bagian yang menghubungkan dengan membrane plasma
  • Hook yang pendek
  • Filament yang menyerupai benang yang panjangnya sampai melebihi panjang tubuhnya
Larutan cat yang digunakan adalah mordant, karena berguna untuk:
  • Mengitensifkan pengikatan cat
  • Memperbesar bentuk dan diameter flagel
  • Memberi warna yang kontras
Komposisi dari larutan mordan sendiri adalah
  • 5 ml larutan kalium aluin jenuh dalam aquades
  • 2 ml larutan asam tannin 20% dalam aquades
  • 2 ml larutan HgCl2 jenuh dalam aquades
  • 0,4 ml larutan basic fuchsin jenuh dalam alcohol 96%
Falgellin: Protein penyusun flagel
Flagellum: flagel yang susunannya tunggal
Bila suspensi bakteri berflagel ki kocok kuat-kuat maka flagel akan rontok,namun flagel tersebut akan tumbuh lagi sempurna dalam waktu 3-6 menit

pewarnaan spora metode schaeffer fulton

| | 0 komentar |
Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya spora beserta letaknya pada bakteri.
Prinsip: Sel vegetative berwarna merah, spora berwarna hijau dengan background berwarna merah muda, apabila bakteri berspora dilakukan pengecetan dengan metode schaffer fulton.
Alat dan Bahan:
  • Ohse bulat
  • Objeckglass
  • Jembatan pengecetan
  • Malachite green
  • Gram D
  • Mikroskop
  • Emersi oil
  • Spirtus dan pembakar spirtus
Cara kerja 
Pembuatan preparat
  • Siapkan objeckglass yang bersih, kering dan bebas lemak
  • Labelisasi
  • Ambil 2-3 ohse bakteri dengan ohse bulat taruh ditengah-tengah objeckglass
  • Ratakan dengan panjang ±2cm, dan lebar ± 3cm (bentuk oval), secara aseptis
  • Kering anginkan, fiksasi diatas nyala api 3x
Pengecetan
  • Siapkan preparat yang sudah jadi dan taruh di jembatan pengecetan
  • Genangi preparat dengan malachite green, kemudian dipanadi sampai keluar uap 3x, tunggu dingin 5-10 menit
  • Buang sisa cat, cuci dengan air mengalir
  • Genangi dengan gram D selama 30 detik
  • Buang sisa cat, cuci dengan air mengalir, kering anginkan
  • Periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000x  dengan penambahan emersi oil
Hasil:
Pembahasan:
spora adalah endospora, suatu bada yang refraktil terdapat pada induk sel, merupakan suatu stadium dorman dari sel vegetatif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengecatan spora:
  • Fiksasi
  • Smear terlalu tebal
  • Waktu pengecatan tidak tepat
  • Konsentrasi reaagen
  • Umur bakteri
  • Nutrisi
Ada 2 jenis bakteri yang dapat membentuk spora
  • Clostridium adalah bakteri yang bersifat anaerob
  • Bacillus adalah Bakteri yang bersifat aerob
Stuktur endospora berbeda-beda untuk setiap spesies
  • Clostridium botullinum: sporanya subterminal
  • Clostridium tetani:sporanya terminal
  • Bacillus anthracis: sporanya central
Endospora bakteri merupakan struktur yang paling tahan terhadap lingkungan yang ekstrim misalnya kering, kepanasan, dan keadaannya asam.
Macam-macam metode pengecetan
  • Schaffer fulton
  • Klein vedder
  • Bartolomew mittler
 
  • Core: sitoplasma dari spora yang didalamnya terkandung semua unsure untuk kehidupan bakteri seperti kromosom yang komplit, komponen- komponen untuk sintesis protein dan sebagainya.
  • Cortex: lapisan yang paling tebal dari spora envelope, terdiri dari lapisan peptidoglikan tapi dalam bentuk yang istimewa.
  • Dinding spora: lapisan paling dalam dari spora, terdiri dari peptidoglikan dan akan menjadi dinding sel bila spora kembali dalam bentuk vegetative.
  • Eksosporium: lipoprotein membrane yang terdapat dari luar.
  • Coat: terdiri dari zat semacam keratin, dan keratin inilah yang menyebabkan spora relatif tahan terhadap pengaruh luar.

fase-fase perkembangbiakan bakteri

| | 0 komentar |
Reproduksi kuman
Reproduksi kuman dapat berlangsung secara aseksual maupun secara seksual. Termasuk dalam produksi secara asekseal adalah pembelahan pembentukan tunas/ cabang dari pembentukan filament.
Pembelahan
Umumnya bakteri berkembang biak dengan amitosis dengan pembelahan menjadi 2 bagian (binary division). Waktu diantara pembelahan disebut generation time dan ini berlainan untuk tiap jenis kuman, bervariasi antara 20 menit sampai 15 jam. Sebagai contoh mycobacterium tuberculosis mempunyai generation time 15 jam.
Pembentukan tunas atau cabang
Kuman membentuk tunas, tunas akan melepaskan diri dan membentuk kuman baru. Reproduksi dengan pembentukan cabang didahului dengan pembentukan tunas yang tumbuh menjadi cabang dan akhirnya melepaskan diri. Dapat dijumpai pada kuman dari family Sreptomycetaceae.
Pembentukan Filamen
Pada pembentukan filament, sel mengeluarkan serabut panjang, filament yang tidak bercabang. Bahan kromosom kemudian masuk ke dalam filament. Filament terputus-putus menjadi beberapa bagian. Tiap bagian membentuk kuman baru. Dijumpai terutama dalam keadaan abnormal, misalnya bila kuman Haemophilus influenza dibiakan pada pembenihan yang basah
Reproduksi secara seksual
Bakteri berbeda dengan eukariota dalam hal cara penggabungan DNA yang datang dari dua individu ke dalam satu sel. Pada eukariota, proses seksual secara meiosis dan fertilisasi mengkombinasi DNA dari dua individu ke dalam satu zigot. Akan tetapi, jenis kelamin yang ada pada ekuariota tidak terdapat pada prokariota. Meiosis dan fertilisasi tidak terjadi, sebaliknya ada proses lain yang akan mengumpulkan DNA bakteri yang datang dari individu-individu yang berbeda. Proses-proses ini adalah pembelahan transformasi, transduksi dan konjugasi.
Transformasi
Dalam konteks genetika bakteri, transformasi merupakan perubahan suatu genotipe sel bakteri dengan cara mengambil DNA asing dari lingkungan sekitarnya. Misalnya, pada bakteri Streptococcus pneumoniae yang tidak berbahaya dapat ditransformasi menjadi sel-sel penyebab pneumonia dengan cara mengambil DNA dari medium yang mengandung sel-sel strain patogenik yang mati. Transformasi ini terjadi ketika sel nonpatogenik hidup mengambil potongan DNA yang kebetulan mengandung alel untuk patogenisitas (gen untuk suatu lapisan sel yang melindungi bakteri dari sistem imun inang) alel asing tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kromosom bakteri menggantikan alel aslinya untuk kondisi tanpa pelapis. Proses ini merupakan rekombinasi genetik – perputaran segmen DNA dengan cara pindah silang (crossing over). Sel yang ditransformasi ini sekarang memiliki satu kromosom yang mengandung DNA, yang berasal dari dua sel yang berbeda. Bertahun-tahun setelah transformasi ditemukan pada kultur laboratorium, sebagian besar ahli biologi percaya bahwa proses tersebut terlalu jarang dan terlalu kebetulan, sehingga tidak mungkin memainkan peranan penting pada populasi bakteri di alam. Tetapi, para saintis sejak saat itu telah mempelajari bahwa banyak spesies bakteri dipermukaannya memiliki protein yang terspesialisasi untuk mengambil DNA dari larutan sekitarnya. Protein-protein ini secara spesifik hanya mengenali dan mentransfer DNA dari spesies bakteri yang masih dekat kekerabatannya. Tidak semua bakteri memiliki protein membran seperti ini. Seperti contohnya, E. Coli sepertinya sama sekali tidak memiliki mekanisme yang tersepesialisasi untuk menelan DNA asing. Walaupun demikian, menempatkan E. Coli di dalam medium kultur yang mengandung konsentrasi ion kalsium yang relatif tinggi secara artifisial akan merangsang sel-sel untuk menelan sebagian kecil DNA. Dalam bioteknologi, teknik ini diaplikasikan untuk memasukkan gen gen asing ke dalam E. Coli, gen-gen yang mengkode protein yang bermanfaat, seperti insulin manusia dan hormon pertumbuhan.
Transduksi
Pada proses transfer DNA yang disebut transduksi, faga membawa gen bakteri dari satu sel inang ke sel inang lainnya. Ada dua bentuk transduksi yaitu transduksi umum dan transduksi khusus. Keduanya dihasilkan dari penyimpangan pada siklus reproduktif faga. Diakhir siklus litik faga, molekul asam nukleat virus dibungkus di dalam kapsid, dan faga lengkapnya dilepaskan ketika sel inang lisis. Kadangkala sebagian kecil dari DNA sel inang yang terdegradasi menggantikan genom faga. Virus seperti ini cacat karena tidak memiliki materi genetik sendiri. Walaupun demikian, setelah pelepasannya dari inang yang lisis, faga dapat menempel pada bakteri lain dan menginjeksikan bagian DNA bakteri yang didapatkan dari sel pertama. Beberapa DNA ini kemudian dapat menggantikan daerah homolog dari kromosom sel kedua. Kromosom sel ini sekarang memiliki kombinasi DNA yang berasal dari dua sel sehingga rekombinasi genetik telah terjadi. Jenis transduksi ini disebut dengan transduksi umum karena gen-gen bakteri ditransfer secara acak. Untuk transduksi khusus memerlukan infeksi oleh faga temperat, dalam siklus lisogenik genom faga temperat terintegrasi sebagai profaga ke dalam kromosom bakteri inang, di suatu tempat yang spesifik. Kemudian ketika genom faga dipisahkan dari kromosom, genom faga ini membawa serta bagian kecil dari DNA bakteri yang berdampingan dengan profaga. Ketika suatu virus yang membawa DNA bakteri seperti ini menginfeksi sel inang lain, gen-gen bakteri ikut terinjeksi bersama-sama dengan genom faga. Transduksi khusus hanya mentransfer gen-gen tertentu saja, yaitu gen-gen yang berada di dekat tempat profaga pada kromosom tersebut.
Konjugasi dan Plasmid
Konjugasi merupakan transfer langsung materi genetik antara dua sel bakteri yang berhubungan sementara. Proses ini, telah diteliti secara tuntas pada E. Coli. Transfer DNA adalah transfer satu arah, yaitu satu sel mendonasi (menyumbang) DNA, dan “pasangannya” menerima gen. Donor DNA, disebut sebagai “jantan”, menggunakan alat yang disebut piliseks untuk menempel pada resipien (penerima) DNA dan disebut sebagai “betina”. Kemudian sebuah jembatan sitoplasmik sementara akan terbentuk diantara kedua sel tersebut, menyediakan jalan untuk transfer DNA.
Plasmid adalah molekul DNA kecil, sirkular dan dapat bereplikasi sendiri, yang terpisah dari kromosom bakteri. Plasmid-plasmid tertentu, seperti plasmid f, dapat melakukan penggabungan reversibel ke dalam kromosom sel. Genom faga bereplikasi secara terpisah di dalam sitoplasma selama siklus litik, dan sebagai bagian integral dari kromosom inang selama siklus lisogenik. Plasmid hanya memiliki sedikit gen, dan gen-gen ini tidak diperlukan untuk pertahanan hidup dan reproduksi bakteri pada kondisi normal. Walaupun demikian, gen gen dari plasmid ini dapat memberikan keuntungan bagi bakteri yang hidup di lingkungan yang banyak tekanan. Contohnya, plasmid f mempermudah rekombinasi genetik, yang mungkin akan menguntungkan bila perubahan lingkungan tidak lagi mendukung strain yang ada di dalam populasi bakteri. Plasmid f , terdiri dari sekitar 25 gen, sebagian besar diperlukan untuk memproduksi piliseks. Ahli-ahli genetika menggunakan simbol f+ (dapat diwariskan). Plasmid f bereplikasi secara sinkron dengan DNA kromosom, dan pembelahan satu sel f+ biasanya menghasilkan dua keturunan yang semuanya merupakan f+. Sel-sel yang tidak memiliki faktor f diberi simbol f-, dan mereka berfungsi sebagai recipien DNA (“betina”) selama konjugasi. Kondisi f+ adalah kondisi yang “menular” dalam artian sel f+ dapat memindah sel f- menjadi sel f+ ketika kedua sel tersebut berkonjugasi. Plasmid f bereplikasi di dalam sel “jantan”, dan sebuah salinannya ditransfer ke sel “betina” melalui saluran konjugasi yang menghubungkan sel-sel tersebut. Pada perkawinan f+ dengan f- seperti ini, hanya sebuah plasmid f yang ditransfer. Gen-gen dari kromosom bakteri tersebut ditransfer selama konjugasi ketika faktor f dari donor sel tersebut terintegrasi ke dalam kromosomnya. Sel yang dilengkapi dengan faktor f dalam kromosomnya disebut sel Hfr ( high frequency of recombination atau rekombinasi frekuensi tinggi). Sel Hfr tetap berfungsi sebagai jantan selama konjugasi, mereplikasi DNA faktor f dan mentransfer salinannya ke f- pasangannya. Tetapi sekarang, faktor f ini mengambil salinan dari beberapa DNA kromosom bersamanya.
Gerakan acak bakteri biasanya mengganggu konjugasi sebelum salinan dari kromosom Hfr dapat seluruhnya dipindahkan ke sel f-. Untuk sementara waktu sel resipien menjadi diploid parsial atau sebagian, mengandung kromosomnya sendiri ditambah dengan DNA yang disalin dari sebagian kromosom donor. Rekombinasi dapat terjadi jika sebagian DNA yang baru diperoleh ini terletak berdampingan dengan daerah homolog dari kromosom F-, segmen DNA dapat dipertukarkan. Pembelahan biner pada sel ini dapat menghasilkan sebuah koloni bakteri rekombinan dengan gen-gen yang berasal dari dua sel yang berbeda, dimana satu dari strain-strain bakteri tersebut sebenarnya merupakan Hfr dan yang lainnya adalah F.

Keterangan:
  1. Sel bakteri Hfr bertemu dengan sel bakteri normal.
  2. Terbentuk tabung konjugasi, lalu terjadi perpindahan DNA dan sel Hfr ke sel normal.
  3. Terjadi rekombinasi DNA pada sel normal.
  4. Kedua sel bakteri berpindah.
Pada tahun 1950-an, pakar-pakar kesehatan jepang mulai memperhatikan bahwa beberapa pasien rumah sakit yang menderita akibat disentri bakteri, yang menyebabkan diare parah, tidak memberikan respons terhadap antibiotik yang biasanya efektif untuk pengobatan infeksi jenis ini. Tampaknya, resistensi terhadap antibiotik ini perlahan-lahan telah berkembang pada strain-strain Shigella sp. tertentu, suatu bakteri patogen. Akhirnya, peneliti mulai mengidentifikasi gen-gen spesifik yang menimbulkan resistensi antibiotik pada Shigella dan bakteri patogenik lainnya. Beberapa gen gen tersebut, mengkode enzim yang secara spesifik menghancurkan beberapa antibiotik tertentu, seperti tetrasiklin atau ampisilin. Gen gen yang memberikan resistensi ternyata di bawa oleh plasmid.
Sekarang dikenal sebagai plasmid R (R untuk resistensi). Pemaparan suatu populasi bakteri dengan suatu antibiotik spesifik baik di dalam kultur laboratorium maupun di dalam organisme inang akan membunuh bakteri yang sensitif terhadap antibiotik, tetapi hal itu tidak terjadi pada bakteri yang memiliki plasmid R yang dapat mengatasi antibiotik. Teori seleksi alam memprediksi bahwa, pada keadaan-keadaan seperti ini, akan semakin banyak bakteri yang akan mewarisi gen-gen yang menyebabkan resistensi antibiotik. Konsekuensi medisnya pun terbaca, yaitu strain patogen yang resisten semakin lama semakin banyak, membuat pengobatan infeksi bakteri tertentu menjadi semakin sulit. Permasalahan tersebut diperparah oleh kenyataan bahwa plasmid R, seperti plasmid F, dapat berpindah dari satu sel bakteri ke sel bakteri lainnya melalui konjugasi.
Kurva perkembangbiakan
Bila kuman ditanam dalam pembenihan yang sesuai dan pada waktu tertentu dan ditinjau jumlah kuman yang hidup, maka dapat dilihat suatu grafik yang dapat dibagi menjadi 4 fase, yaitu:
Fase penyesuaian diri (lag phase)
Waktu penyesuaian ini umumnya berlangsu selama 2 jam. Kuman belum berkembang biak dalam fase ini, tetapi aktifitas metaboliknya sangat tinggi. Fase ini merupakan persiapan untuk fase berikutnya.
Fase pembelahan (logarhutmik phase)
Kuman berkembang biak dengan berlipat 2, jumlah kuman meningkat secara eksponensial. Pada kebanyakan kuman fase ini berlangsung selama 18-24 jam. Pada pertengahan fase ini pertumbuhan kuman sangat ideal, pembelahan terjadi secara teratur, semua bahan dalam sel berada dalam keadaan seimbang (balanced growth).
Fase stasioner (stationary phase)
Dengan meningkatnya jumlah kuman, meningkat juga jumlah hasi metabolism yang toksis. Kuman mulai ada yang mati, pembelahan terhambat. Pada suatu saat jumlah kuman yang hidup tetap sama.
Fase kemunduran ( period of deathline)
Jumlah kuman yang hidup berkurang da menurun. Keadaan lingkunga menjadi sangat jelek. Pada beberapa jenis kuman timbul bentuk-bentuk abnormal

Candida albicans

| | 2 komentar |

Candida albicans
a.       Taksonomi
Kingdom          : Fungi
Divisio  : Eumycophyta
Class                 : Deuteromycetes
Ordo                 : Melaneoniales
Family              : Moniliaceae
Genus               : Candida
Spesies  : Candida albicans (Dewi, 2009)
b.      Definisi
Candida albicans adalah suatu ragi lonjong, bertunas yang menghasilkan pseudomisellium baik dalam biakan maupun dalam jaringan dan eksudat. Ragi ini adalah anggota flora normal selaput mukosa saluran pernapasan, saluran pencernaan dan genitalia wanita. Di tempat ini, ragi dapat menjadi dominan dan menyebabkan keadaan-keadaan patologik. Kadang-kadang Candida menyebabkan penyakit sistemik progresif pada penderita yang lemah atau sistem imunnya tertekan, terutama jika imunitas berperantara sel terganggu (Jawetz et al. 2009).
c.       Morfologi
Pada biakan atau jaringan, spesies Candida tumbuh sebagai sel ragi tunas, berbentuk oval berukuran 3-6 μm. Candida membentuk pseudohifa ketika tunas-tunas terus tumbuh tetapi gagal melepaskan diri, menghasilkan rantai sel yang memanjang. Candida albicans bersifat dimorfik, selain ragi dan pseudohifa, Candida juga dapat menghasilkan hifa sejati.

Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 μ x 3-6 μ hingga 2-5,5 μ x 5-28 μ (Jawetz et al, 2009).
Pada penelitian Dewi (2009) menyatakan bahwa Candida albicans merupakan anggota flora normal selaput lendir, saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan genetalia wanita. Candida albicans dapat menimbulkan invasi dalam aliran darah, trombofiebitis, endokarditas atau infeksi pada mata dan organ lain. Candida albicans mampu meragikan glukosa dan maltosa, menghasilkan asam dan gas serta tidak bereaksi dengan laktosa. Peragian karbohidrat ini bersama-sama dengan sifat koloni dan morfologi koloni, membedakan Candida albicans dari spesies Candida lainnya. Jamur ini menyebabkan kandidiasis. Jamur ini mempunyai sedikit koloni namun penyebarannya merata, berwarna putih, dan penyebab kandidiasis. Kandidiasis dapat menjangkit selaput lendir, kuku, dan berbagai organ tubuh. Sering terjadi kandidiasis bibir dan lidah karena penggunaan protese (gigi palsu) yang tidak cocok, sehingga menimbulkan pengerasan gusi atau bibir.
Pada agar sabouraud yang dieramkan pada suhu kamar atau 37ºC selama 24 jam, spesies Candida menghasilkan koloni-koloni halus berwarna krem yang mempunyai bau seperti ragi. Pertumbuhan permukaan terdiri atas sel-sel bertunas lonjong. Pertumbuhan di bawahnya terdiri atas pseudomiselium. Ini terdiri atas pseudohifa yang membentuk blastokonidia pada nodus-nodus dan kadang-kadang klamidokonidia pada ujung-ujungnya (Simatupang, 2009).
Dua tes morfologi sederhana membedakan Candida albicans yang paling patogen dari spesies Candida lainnya yaitu setelah inkubasi dalam serum selama sekitar 90 menit pada suhu 37ºC, sel-sel ragi Candida albicans akan mulai membentuk hifa sejati atau tabung benih dan pada media yang kekurangan nutrisi Candida albicans menghasilkan chlamydospora bulat dan besar. Candida albicans meragikan glukosa dan maltosa, menghasilkan asam dan gas, asam dari sukrosa, dan tidak bereaksi dengan laktosa. Peragian karbohidrat ini, bersama dengan sifat-sifat koloni dan morfologi, membedakan Candida albicans dari spesies Candida lainnya (Simatupang, 2009).
Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan terus memanjang membentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan banyak kelompok blastospora berbentuk bulat atau lonjong di sekitar septum. Dinding sel Candida albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga sebagai target dari beberapa antimikotik (Hasanah, 2012).
d.      Habitat
Candida albicans mempunyai habitat di tempat yang lembab, di alam bebas, yaitu di air, tanah dan kotoran binatang. Selain di alam bebas, Candida albicans dapat hidup di dalam tubuh manusia sebagai parasit atau saprofit, yaitu dalam alat pencernaan, alat pernapasan atau di dalam vagina orang sehat. Pada keadaan tertentu Candida ini dapat berubah menjadi patogen dan dapat menyebabkan penyakit yang disebut kandidiasis (Siregar, 2005).
b.      Faktor predisposisi
Menurut Simatupang (2009), Faktor  predisposisi utama infeksi Candida albicans adalah sebagai berikut : diabetes melitus, kelemahan menyeluruh, imunodefisiensi, kateter intravena atau kateter air kemih yang terpasang terus menerus, penyalahgunaaan narkotika intravena, pemberian antimikroba (yang mengubah flora bakteri normal), dan kortikosteroid. Pada dasarnya, faktor predisposisi ini digolongkan menjadi 2 kelompok, yaitu:


1)     Faktor endogen meliputi:
Perubahan fisiologik ( kehamilan, kegemukan, pengaruh pemberian obat-obatan seperti antibiotika, kortikosteroid atau sitostatika), umur (orangtua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status imunologiknya tidak sempurna), dan imunologik (imunodefisiensi).
2)     Faktor eksogen meliputi:
Iklim panas dan kelembaban (menyebabkan banyak keringat terutama pada lipatan-lipatan kulit), kebersihan kulit, kebiasaan berendam kaki dalam air terlalu lama, kontak dengan penderita. Kedua faktor eksogen dan endogen ini dapat berperan menyuburkan pertumbuhan Candida atau dapat mempermudah terjadinya invasi candida ke dalam jaringan tubuh.
c.       Patogenitas
Candida albicans dapat menimbulkan penyakit pada beberapa tempat seperti infeksi mulut (sariawan) terutama pada bayi, terjadi pada selaput mukosa pipi dan tampak sebagai bercak putih. Pada organ genitalia wanita (vulvovaginitis) menyerupai sariawan tetapi menimbulkan iritasi, gatal yang hebat dan pengeluaran sekret. Pada infeksi kulit terutama terjadi pada bagian tubuh yang yang basah dan hangat, seperti ketiak, lipatan paha, skrotum atau lipatan di bawah payudara. Infeksi paling sering terjadi pada orang yang gemuk dan diabetes. Infeksi pada kuku menyebabkan rasa nyeri, bengkak kemerahan pada lipatan kuku yang dapat mengakibatkan penebalan dan alur transversal pada kuku sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan kehilangan kuku. Infeksi Candida albicans dapat menyebabkan invasi sekunder pada paru-paru, ginjal dan organ lain yang sebelumnya telah menderita penyakit lain (misalnya tuberkulosis atau kanker) (Rochani, 2009).
d.      Infeksi Candida
Sumber utama infeksi Candida adalah flora normal dalam tubuh pada pasien dengan sistem imun yang menurun. Dapat juga berasal dari luar tubuh, contohnya pada bayi baru lahir mendapat Candida dari vagina ibunya atau dari staf rumah sakit. Transmisi Candida antara staf rumah sakit dengan pasien, pasien dengan pasien biasanya muncul pada unit khusus, contohnya unit luka bakar, unit hematologi, unit bedah, neonatus dan unit transplantasi (Simatupang, 2009).
Infeksi Candida dapat berlangsung secara endogen, eksogen atau dengan kontak langsung. Infeksi endogen lebih sering terjadi karena Candida ini memang hidup saprofit di dalam traktus digestivus. Bila ada faktor predisposisi, maka Candida ini dapat lebih mudah mengadakan invasi di sekitar mukokutan, anus, dapat menyebabkan perianal kandidiasis atau di sudut mulut menyebabkan perioral kandidiasis. Pecandu narkotik dapat menderita kandidiasis yang disebabkan oleh jarum suntik yang tidak steril (Siregar, 2005).
Infeksi eksogen atau dengan kontak langsung dapat terjadi bila sel-sel ragi menempel pada kulit atau selaput lendir sehingga dapat menimbulkan kelainan-kelainan pada kulit tersebut, misalnya: vaginitis, balanitis atau kandidiasis interdigitalis (Siregar, 2005).
e.       Isolasi dan identifikasi Candida albicans
            Penanaman dilakukan dengan cara mengambil sedikit sampel dengan ose steril kemudian dihapuskan atau disebarkan ke seluruh permukaan media agar Sabouraud Dekstrosa (SDA). Biakan diinkubasi pada suhu kamar selama 7 hari. Hasil dianggap positif Candida bila pada biakan tumbuh koloni jamur yang berwarna putih sampai krem dengan permukaan menimbul dan dilakukan pemeriksaan mikroskopik dengan larutan LPCB tampak adanya sel ragi dengan atau tanpa hifa semu. Hasil dinyatakan negatif bila pada biakan tidak tumbuh koloni jamur sampai umur biakan 10 hari atau lebih. Setelah biakan dinyatakan positif Candida, pemeriksaan dilanjutkan dengan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk identifikasi spesiesnya (Mulyati et al, 2002).
Isolat Candida albicans yang akan diidentifikasi dilakukan peremajaan dengan cara membiak ulang ke dalam medium pembenihan agar Sabouraud Dekstrosa (SDA) dan diinkubasi pada suhu kamar selama 48 – 72 jam. Isolat siap untuk diidentifikasi (Mulyati et al, 2002).
Biakan pada media chromagar dengan menghapuskan suspensi Candida dengan ohse steril di atas permukaan medium Chromagar. Biakan diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37ºC. Identifikasi spesies ditentukan berdasarkan perbedaan warna koloni yang terjadi, seperti Candida albicans berwarna hijau, Candida tropicalis berwarna ungu tua sampai biru ke abu-abuan dan Candida krusei berwarna merah jambu sampai ungu kemerahan (Mulyati et al, 2002).
f.       Epidemiologi dan pencegahan
            Tindakan pencegahan yang paling penting adalah menghindari gangguan keseimbangan pada flora normal dan gangguan daya tahan inang. Infeksi kandidiasis tidak menular karena sebagian besar individu dalam keadaan normal sudah mengandung organisme tersebut (Jawetz et al, 2009).

Usaha pencegahan terhadap timbulnya kandidiasis meliputi penanggulangan faktor predisposisi dan penanggulangan sumber infeksi yang ada. Penanggulangan faktor predisposisi misalnya tidak menggunakan antibiotika atau steroid yang berlebihan, tidak menggunakan pakaian ketat, mengganti kontrasepsi pil atau AKDR dengan kontrasepsi lain yang sesuai, memperhatikan higiene. Penanggulangan sumber infeksi yaitu dengan mencari atau mengatasi sumber infeksi yang ada, baik dalam tubuhnya sendiri atau diluarnya (Darmani, 2001).

Paragonimus westermani

| | 1 komentar |
Klasifikasi
Kingdom : Animali
Phylum : Platyhelminthes
Class: Trematoda
Ordo : Plagiorchiida
Family : Troglotrematidae
Genus: Paragonimus
Spesies : Paragonimus westermani
 
Paragonimus westermani merupakan cacing paru yang berasal dari kelas Trematoda, dimana bagian tubuh yang paling utama diserang adalah bagian paru. Paragonimus westermani ini pertama kali ditemukan terdapat pada tubuh dua harimau yang mati, yang berada di benua Eropa pada tahun 1878, dan pada beberapa tahun kemudian barulah cacing paru ini terinfeksi pada manusia yang ditemukan di Formosa, banyak cara bagaimana cacing paru tersebut dapat menular pada manusia,dan penyebarannya pun yang sangat beranekaragam.

Morfologi
Ukuran telur: 80 –120 x 50 – 60 mikron bentuk oval cenderung asimetris, terdapat operkulum pada kutub yang mengecil. Ukuran operkulum relatif besar, sehingga kadang tampak telurnya seperti terpotong berisi embrio.


telur Paragonimus westermani

Cacing dewasa:Bersifat hermaprodit, sistem reproduksinya ovivar. Bentuknya seperti daun berukuran 7 – 12 x 4 – 6 mm dengan ketebalan tubuhnya antara 3 – 5 mm.Memiliki batil isap mulut dan batil isap perut. Uterus pendek berkelok-kelok. Testis bercabang, berjumlah 2 buah. Ovarium berlobus terletak di atas testis. Kelenjar vitelaria terletak di 1/3 tengah badan.

Cacing Paragonimus westermani

Siklus hidup
Hospes definitif : Manusia, kucing, anjing
Hospes perantara I : Keong air / siput (Melania/Semisulcospira spp)
Hospes perantara II : Ketam / kepiting.
Telur keluar bersama tinja atau sputum, dan berisi sel terlur. Telur menjadi matang dalam waktu kira-kira 16 hari lalu menetas. Mirasidium lalu mencari keong air dan dalam keong air terjadi perkembangan. Serkaria keluar dari keong air, berenang mencari hospes perantara II, lalu membnetuk metaserkaria di dalam tubuhnya. Infeksi terjadi dengan memakan hospes perantara ke II yang tidak dimasak sampai matang. Dalam hospes definitive, metaserkaria menjadi dewasa muda di duodenum. Cacing dewasa muda bermigrasi menembus dinding usus, masuk ke rongga perut, menembus diafragma dan menuju ke paru. Jaringan hospes mengadakan reaksi jaringan sehingga cacing dewasa terbungkus dalam kista, biasanya ditemukan 2 ekor didalamnya.

Siklus hidup Paragonimus westermani
 

Paragonimiasis
Adalah penyakit dimana bagian tubuh yang diserang adalah paru-paru. Penyakit yang disebabkan oleh cacing Paragonimus westermani ini biasa disebut paragonimiasis, paragonimiasis adalah infeksi parasit makanan terdapat pada paru-paru yang bisa menyebabkan sub-akut untuk penyakit radang paru-paru kronis dapat juga melalui udara. Lebih dari 30 spesies trematoda (cacing) dari genus Paragonimus telah dilaporkan menginfeksi hewan dan manusia. Di antara lebih 10 spesies dilaporkan menginfeksi manusia, yang paling umum adalah Paragonimus westermani yang menyerang bagian paru-paru.

Patologi dan gejala klinis
Gejala pertama di mulai dengan adanya batuk kering yang lama kelamaan menjadi batuk darah cacing dewasa dapat pula bermigrasi ke alat–alat lain dan menimbulkan abses pada alat tersebut misalnya pada hati dan empedu. Saat larva masuk dalam saluran empedu dan menjadi dewasa, parasit ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran empedu, penebalan dinding saluran, peradangan sel hati dan dalam stadium lanjut akan menyebabkan sirosis hati yang disertai oedema. Luasnya organ yang mengalami kerusakan tergantung pada jumlah cacing yang terdapat di saluran empedu dan lamanya infeksi. Gejala yang muncul dapat dikelompokkan menjadi 3 tahap, yaitu :
a. Stadium ringan : tidak ditemukan gejala.
b. Stadium progresif : terjadi penurunan nafsu makan, perut terasa penuh, diare.
c. Stadium lanjut : didapatkan sindrom hipertensi portal yang terdiri dari pembesaran hati, ikterus, oedema dan sirosis hepatic.

Diagnosa
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam sputum atau cairan pleura. Kadang-kadang telur juga ditemukan dalam tinja. Reaksi serologi sangat membantu untuk menegakkan diagnosis.

Pengobatan
Praziquentel dan bitionol merupakan obat pilihan.

Pencengahan
Tidak memakan ikan / kepiting mentah. Apabila menkonsumsi harus sudah dimasak secara sempurna sehingga bisa dihindari terinfeksi oleh metaserkaria dalam ikan/kepiting tersebut.

thx to maksumprocedure.blogspot.com

contoh pendahuluan laporan pkl

| Kamis, 03 April 2014 | 0 komentar |


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Seiring majunya zaman seperti sekarang ini masyarakat semakin sadar akan pentingnya kondisi kesehatan mereka. Berbagai upaya preventif terus dilaksanakan masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Salah satunya adalah dengan rutin memeriksa kondisi kesehatan di laboratorium kesehatan.
Laboratorium Kesehatan adalah sarana yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan, pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat. Analis kesehatan merupakan tenaga kesehatan yang memiliki peran penting terhadap pemeriksaan laboratorium. Sehubungan dengan hal tersebut mahasiswa analis kesehatan memerlukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang bermanfaat sebagai sarana latihan sebelum terjun ke dunia kerja. Program ini bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan dan pembelajaran dalam bidang manajemen laboratorium.
Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta merupakan institusi pendidikan analis kesehatan yang bekerja sama dengan beberapa institusi yang bergerak dalam bidang kesehatan. Untuk mendapatkan informasi terbaru dalam bidang laboratorium kesehatan Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta bekerja sama dengan Rumah Sakit Orthopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta untuk menjadi tempat belajar para calon tenaga analis kesehatan.
Rumah Sakit Orthopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta adalah institusi kesehatan yang bagus dan terkenal dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Rumah Sakit Orthopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta juga menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung untuk program Praktek Kerja Lapangan bagi mahasiswa analis kesehatan.

B.     Tempat dan Waktu Pelaksanaan
1.      Tempat pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan Periode I dilaksanakan di Rumah Sakit Orthopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta.
2.      Waktu pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan Periode I dilaksanakan tanggal 3 Maret 2014 sampai tanggal 22 Maret 2014.