Distribusi cairan tubuh
Di dalam
tubuh manusia, cairan akan terdistridusi ke dalam 2 kompartemen utama yaitu
cairan intraselular (ICF) dan cairan ekstrasellular (ECF). Cairan intraselular
adalah cairan yang terdapat di dalam sel sedangkan cairan ekstraselular adalah
cairan yang terdapat di luar sel. Kedua kompartemen ini dipisahkan oleh sel
membran yang memiliki permeabilitas tertentu. Hampir 67% dari total badan air (Body’s
Water) tubuh manusia terdapat di dalam cairan intrasellular dan 33% sisanya
akan berada pada cairan ekstrasellular. Air yang berada di dalam cairan
ekstrasellular ini kemudian akan terdistribusi kembali kedalam 2
Sub-Kompartemen yaitu pada cairan interstisial (ISF) dan cairan intravaskular
(plasma darah). 75% dari air pada kompartemen cairan ekstraselular ini akan
terdapat pada sela-sela sel (cairan interstisial) dan 25%-nya akan berada pada
plasma darah (cairan intravaskular).
Pendistribusian
air di dalam 2 kompartemen utama (Cairan Intrasellular dan Cairan
Ekstrasellular) ini sangat bergantung pada jumlah elektrolit dan makromolekul
yang terdapat dalam kedua kompartemen tersebut. Karena sel membran yang
memisahkan kedua kompartemen ini memiliki permeabilitas yang berbeda untuk tiap
zat, maka konsentrasi larutan (osmolality) pada kedua kompartemen juga
akan berbeda.
Cairan ekstraselular
dibagi menjadi:
1. Cairan
Interstitial
Cairan
yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar 11- 12 liter
pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial. Relatif
terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru
lahir dibandingkan orang dewasa.
2. Cairan
Intravaskular
Merupakan
cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya volume plasma).
Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6L dimana 3 liternya merupakan
plasma, sisanya terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan platelet.
3. Cairan
transeluler
Merupakan cairan yang terkandung
diantara rongga tubuh tertentu seperti serebrospinal, perikardial, pleura,
sendi sinovial, intraokular dan sekresi saluran pencernaan. Pada keadaan
sewaktu, volume cairan transeluler adalah sekitar 1 liter, tetapi cairan dalam
jumlah banyak dapat masuk dan keluar dari ruang transeluler.
Prosentase cairan tubuh dibandingkan
berat badan
Umur
|
Total cairan tubuh (%) terhadap BB
|
Bayi baru lahir
|
75
|
Pria dewasa (20-40 tahun)
|
60
|
Wanita dewasa (20-40 tahun)
|
50
|
Usia lanjut
|
45-50
|
Elektrolit
Elektrolit adalah
senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi partikel yang bermuatan
(ion) positif atau negatif. Sebagian besar proses metabolisme memerlukan dan
dipengaruhi oleh elektrolit. Konsentrasi elektrolit yang tidak normal dapat
menyebabkan banyak gangguan. Pemeliharaan tekanan osmotik dan distribusi
beberapa kompartemen cairan tubuh manusia adalah fungsi utama empat elektrolit
mayor, yaitu natrium (Na+), kalium (K+), klorida (Cl-), dan bikarbonat (HCO3-).
Pemeriksaan keempat elektrolit mayor tersebut dalam klinis dikenal sebagai
”profil elektrolit. Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel,
kalium kation terbanyak dalam cairan intrasel dan klorida merupakan anion
terbanyak dalam cairan ekstrasel. Jumlah natrium, kalium dan klorida dalam
tubuh merupakan cermin keseimbangan antara yang masuk terutama dari saluran
cerna dan yang keluar terutama melalui ginjal. Gangguan keseimbangan natrium,
kalium dan klorida berupa hipo- dan hiper-. Hipoterjadi bila konsentrasi
elektrolit tersebut dalam tubuh turun lebih dari beberapa miliekuivalen dibawah
nilai normal dan hiper- bila konsentrasinya meningkat diatas normal.Pemeriksaan
laboratorium untuk menentukan kadar natrium, kalium dan klorida adalah dengan
metode elektroda ion selektif, spektrofotometer emisi nyala, spektrofotometer
atom serapan, spektrofotometri berdasarkan aktivasi enzim, pemeriksaan kadar
klorida dengan metode titrasi merkurimeter, dan pemeriksaan kadar klorida
dengan metode titrasi kolorimetrik-amperometrik.
Non Elektrolit
Substansi seperti glokusa
dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan. Non-elektrolit lainnya yang secara klinis penting
mencakup kreatinin dan bilirubin.
Pergerakan / Transport Cairan
Setiap kompartmen
dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap zat yang akan
pindah harus dapat menembus barier atan membran tersebut. Bila substansi zat tersebut
dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut.
Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeable untuk
substansi tersebut. Membran disebut semipermeabel (permeabel selektif) bila
beberapa partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat
menembusnya.
Perpindahan
substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif
membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.
1. Difusi
Partikel
(ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung
menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih
rendah sehingga konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan
partikel seperti ini disebut difusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju
difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Fick’slaw of diffusion).
Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Peningkatan
perbedaan konsentrasi substansi.
b. Peningkatan
permeabilitas.
c. Peningkatan
luas permukaan difusi.
d. Berat
molekul substansi.
e. Jarak
yang ditempuh untuk difusi
2. Osmosis
Bila
suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih
rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang
sama. Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi
tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkat, konsentrasi air
akan menurun. ila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang
semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat
yang terlarut, maka terjadi perpindahan air/ zat pelarut dari larutan dengan
konsentrasi zat terlarut yang rendah ke larutan dengan konsentrasi zat terlarut
lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis.
3. Filtrasi
Filtrasi terjadi karena
adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh membran. Cairan
akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.
Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas
permukaan membran, dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi
filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.
Fungsi cairan tubuh
1. Sarana untuk mengangkut
zat-zat makanan ke sel-sel
2. Mengeluarkan buangan-buangan
sel
3. Membantu dalam metabolisme
sel
4. Sebagai pelarut untuk
elektrolit dan non elektrolit
5. Membantu memelihara suhu
tubuh
6. Membantu pencernaan
7. Mempemudah eliminasi
8. Mengangkut zat-zat seperti
(hormon, enzim, SDP, SDM)
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
1.
Usia
Kebutuhan intake cairan berfariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infanth
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding
dengan orang dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan
fungsi ginjal atau jantung.
2.
Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang
panas dapat kehilangan cairan sampai denga 5 L per hari.
3.
Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehinggga serum albumin dan cadangan protein akan meurun padahal keduanya
sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan
menyebabkan edema.
4.
Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkat natrium dan retensi air sehingga
bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5.
Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh. Misalnya trauma seperti luka bakar, penyakit ginjal dan
kardiovaskuler, pasien dengan penurununan tingkat kesadaran.
6.
Pengobatan
Pengobatan
seperti pemberian diuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan
elektrolit tubuh.
Insensible Water Loss (IWL)
Merupakan kehilangan cairan
melalui paru- paru dan kulit, melalui kulit dengan cara difusi. Pada orang dewasa kehilangan cairan tubuh melalui
proses ini adalah berkisar 300- 400 ml per hari, tapi bila proses respirasi
atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
Hipovolemia (defisit vol cairan)
Hipovolemia adalah suatu
kondisi akibat kekurangan/penipisan volume cairan ekstraseluler (CES). Penyebab hipovolemia adalah:
1.
penurunan masukan
2.
Kehilangan cairan yang abnormal
3.
Perdarahan
Tanda-gejala
Klinis:
1.
Pusing, kelemahan, Keletihan
2.
Sinkope
3.
Anoreksia,mual, muntah, haus,
4.
Kekacauan mental
5.
Konstipasi dan oliguria.
6.
Hipotensi Ortostatik
7.
HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering, mukosa
mulut kering, mata cekung.
Hipervolemia
Hipervolemia adalah penambahan / kelebihan volume
(CES). Penyebabnya adalah :
1.
Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium
dan air
2.
Fungsi ginjal abnormal, dgn penurunan kskresi
natrium &air
3.
Kelebihan pemberian cairan intra vena
4.
Perpindahan cairan interstisial ke plasma
Gejala klinis: sesak nafas, odema.
Odema Pitting
•
+1: Setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan jari
telunjuk) maka daerah yang odema akan menampakkan/memperlihatkan cekungan
sedalam 2 mm
•
+2: Setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan jari
telunjuk) maka daerah yang odema akan menampakkan/memperlihatkan cekungan
sedalam 4 mm
•
+3: Setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan jari
telunjuk) maka daerah yang odema akan menampakkan/memperlihatkan cekungan
sedalam 6 mm
•
+4: Setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan jari
telunjuk) maka daerah yang odema akan menampakkan / memperlihatkan cekungan
sedalam 8 mm
Natrium
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya
bisa mencapai 60 mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 10-14 mEq/L) berada dalam
cairan intrasel4,8. Lebih dari 90% tekanan osmotik di
cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang mengandung natrium, khususnya dalam
bentuk natrium klorida (NaCl) dan natrium bikarbonat (NaHCO3) sehingga
perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel menggambarkan perubahan
konsentrasi natrium. Jumlah natrium dalam tubuh
merupakan gambaran keseimbangan antara natrium yang masuk dan natrium yang
dikeluarkan. Pemasukan natrium yang berasal dari diet melalui epitel mukosa saluran
cerna dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui ginjal atau saluran cerna
atau keringat di kulit. Pemasukan dan pengeluaran natrium perhari mencapai 48-144 mEq. Nilai rujukan kadar natrium pada:
- serum bayi : 134-150
mmol/L
- serum anak dan dewasa : 135-145 mmol/L
- urine anak dan dewasa : 40-220 mmol/24 jam
- cairan serebrospinal :
136-150 mmol/L
- feses : kurang dari 10
mmol/hari
Hipernatremia
Peningkatan konsentrasi
natrium plasma karena kehilangan air dan larutan ekstrasel (dehidrasi hiperosmotik pada diabetes
insipidus) atau karena kelebihan natrium dalam cairan ekstrasel seperti
pada overhidrasi osmotik atau retensi air oleh ginjal dapat menyebabkan
peningkatan osmolaritas & konsentrasi natrium klorida dalam cairan
ekstrasel.
Penyebab
hipernatremia adalah:
•
Kehilangan natrium klorida pada cairan Ekstrasel
•
penambahan air yang berlebihan pada cairan ekstrasel
•
penyakit ginjal yang menyebabkan gangguan fungsi
glomerulus dan tubulus pada ginjal,
•
penyakit addison,
•
retensi air yang berlebihan (overhidrasi hipo-osmotik)
akibat hormon antidiuretic
Klorida
Klorida
merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan konsentrasi klorida
dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada gangguan keseimbangan
asam-basa, dan menghitung anion gap. Jumlah
klorida pada orang dewasa normal sekitar 30 mEq per
kilogram berat badan. Sekitar 88% klorida berada
dalam cairan ekstraseluler dan 12% dalam cairan intrasel. Konsentrasi klorida
pada bayi lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak dan dewasa
Jumlah
klorida dalam tubuh ditentukan oleh keseimbangan antara klorida yang masuk dan
yang keluar. Klorida yang masuk tergantung dari jumlah dan jenis makanan.
Kandungan klorida dalam makanan sama dengan natrium. Orang dewasa pada keadaan normal
rerata mengkonsumsi 50-200 mEq klorida per hari,
dan ekskresi klorida bersama feses sekitar 1-2 mEq perhari. Drainase lambung
atau usus pada diare menyebabkan ekskresi klorida mencapai 100 mEq perhari.
Kadar klorida dalam keringat bervariasi, rerata 40 mEq/L. Bila pengeluaran
keringat berlebihan, kehilangan klorida dapat
mencapai 200 mEq per hari. Ekskresi utama klorida adalah melalui ginjal.
Hipokloremia
Hipoklorinemia
terjadi jika pengeluaran klorida melebihi pemasukan. Penyebab hipoklorinemia
umumnya sama dengan hiponatremia, tetapi pada alkalosis metabolik dengan
hipoklorinemia, defisit klorida tidak disertai defisit natrium. Hipoklorinemia
juga dapat terjadi pada gangguan yang berkaitan dengan retensi bikarbonat,
contohnya pada asidosis respiratorik kronik dengan kompensasi ginjal.
Penyebab hipokloremia
•
Hiperklorinemia terjadi
jika pemasukan melebihi pengeluaran pada gangguan mekanisme homeostasis dari
klorida. Umumnya penyebab hiperklorinemia sama dengan hipernatremia.
•
Hiperklorinemia dapat
dijumpai pada kasus dehidrasi, asidosis tubular ginjal, gagal ginjal akut,
asidosis metabolik yang disebabkan karena diare yang lama dan kehilangan
natrium bikarbonat, diabetes insipidus, hiperfungsi status adrenokortikal dan
penggunaan larutan salin yang berlebihan, alkalosis
respiratorik.
•
Asidosis hiperklorinemia
dapat menjadi petanda pada gangguan tubulus ginjal yang luas.
Nilai rujukan kadar klorida:
-
serum bayi baru lahir : 94-112 mmol/L
-
serum anak : 98-105 mmol/L
-
serum dewasa : 95-105 mmol/L
-
keringat anak : <50 mmol/L
-
keringat dewasa : <60 mmol/L
-
urine : 110-250 mmol/24 jam
-
feses : 2 mmol/24 jam
Kalium
Sekitar
98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel. Konsentrasi
kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium ekstrasel
4-5 mEq/L (sekitar 2%). Jumlah konsentrasi kalium pada
orang dewasa berkisar 50-60 per kilogram berat badan
(3000-4000 mEq). Jumlah kalium ini dipengaruhi
oleh umur dan jenis kelamin. Jumlah kalium pada wanita 25% lebih kecil
dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium pada orang
dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada anak-anak.
Jumlah
kalium dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan kalium yang masuk dan keluar.
Pemasukan kalium melalui saluran cerna tergantung dari
jumlah dan jenis makanan. Orang dewasa pada keadaan
normal mengkonsumsi 60-100 mEq kalium perhari (hampir sama
dengan konsumsi natrium). Kalium difiltrasi di
glomerulus, sebagian besar (70-80%) direabsorpsi secara
aktif maupun pasif di tubulus proksimal dan direabsorpsi bersama dengan natrium
dan klorida di lengkung henle. Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui traktus
gastrointestinal kurang dari 5%, kulit dan urine mencapai 90%.
Hipokalemia
Keadaan
dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5 mEq/l. Penyebab hypokalemia antara lain:
a.
Asupan Kalium Kurang
b.
Pengeluaran Kalium Berlebihan
c.
Kalium Masuk ke Dalam Sel
Hiperkalemia
Keadaan
dimana kadar kalium serum lebih dari atau sama dengan 5,5 mEq/l. Hiperkalemia
dapat disebabkan oleh :
a.
Keluarnya Kalium dari Intrasel ke Ekstrasel
b.
Berkurangnya Ekskresi Kalium melalui Ginjal
Hiperkalemia akut
Keadaan
gawat medik yang perlu segera dikenali dan ditangani untuk menghindari
distrimia dan gagal jantung yang fatal.
Nilai rujukan kalium serum pada:
-
serum bayi : 3,6-5,8 mmol/L
-
serum anak : 3,5-5,5 mmo/L
-
serum dewasa : 3,5-5,3 mmol/L
-
urine anak : 17-57 mmol/24 jam
-
urine dewasa : 40-80 mmol/24 jam
-
cairan lambung : 10 mmol/L
Pemeriksaan Laboratorium
·
Bahan pemeriksaan:
whole blood, plasma, serum, urine,
keringat, feses, dan cairan tubuh
·
Metode Pemeriksaan:
1.
Pemeriksaan dengan Metode
Elektroda Ion Selektif (Ion
Selective Electrode/ISE)
2.
Pemeriksaan dengan
Spektrofotometer Emisi Nyala (Flame Emission Spectrofotometry/FES)
3.
Pemeriksaan dengan
Spektrofotometer berdasarkan Aktivasi Enzim
4.
Pemeriksaan dengan
spektrofotometer atom serapan (Atomic Absorption Spectrophotometry/ AAS)
5.
Pemeriksaan Kadar Klorida
dengan Metode Titrasi Merkurimeter
6.
Pemeriksaan Kadar Klorida
dengan Metode Titrasi Kolorimetrik-Amperometrik
0 komentar:
Posting Komentar