PENDAHULUAN
Sebelum Cyclops digunakan dalam program pengendalian nyamuk, perlu
dipertimbangkan antara lain seleksi spesies Cyclops yang paling efektif untuk
diaplikasikan terutama efektivitasnya sebagai predator jentik nyamuk, produksi,
penyimpanan dan distribusinya pada skala yang lebih luas, kesuksesan dalam
mempertahankan kepadatan populasi setelah diintroduksikan pada habitat
perairan, mampu bertahan hidup lama pada tempat perindukan dan keterkaitan
Cyclops dalam praktek pengendalian nyamuk secara terpadu.
Marten, 1990 melaporkan
bahwa 7 spesies Cyclopoid Copepoda telah digunakan untuk mengendalikan jentik Ae.
Albopictus pada ban bekas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa M.
longisetus dan albidus dapat menurunkan populasi Ae. Albopictus
masing-masing sebesar 99,8 % dan 100 % setelah 3 bulan diintroduksikan pada
ban bekas.
Dilaporkan pula bahwa 4
spesies Cyclopoid Copepoda yaitu M. thermocyclopoides, M. venezolanus,
M. longisetus dan M. albidus mempunyai efektivitas tinggi untuk
mengendalikan jentik Ae. aegypti pada berbagai tempat penampungan air
milik penduduk di El Progreso, Honduras. Keempat spesies tersebut mampu
memangsa lebih kurang 20 ekorjentik Ae. aegypti / Cyclopoid / hari, tetapi
hanya M. longisetus yang paling efektif mengendalikan jentik Ae.
aegypti pada kondisi lapangan karena mampu bertahan hidup lama dalam
penampungan air, toleran terhadap perubahan suhu dalam penampungan air dan
biasa hidup di dasar air sepanjang hari hingga tidak terciduk pada waktu air
digunakan oleh penduduk
Copepoda berasal dari bahasa Yunani yaitu Kope = "dayung"
dan Podos = "kaki". Oleh karena itu Copepod = berdayung
kaki, yang mengacu pada sepasang kaki yang sama yang bergerak bersama-sama.
Copepoda merupakan kelompok entomostraca dengan jumlah spesies terbesar,
yaitu sekitar 12.000 spesies dan sebagian besar hidup bebas dan sekitar 25%-nya
sebagian ektoparasit. Kebanyakan Copepoda terdapat di laut dan sebagian lagi di
air tawar, baik sebagai plankton maupun fauna interstisial. Beberapa spesies
hidup dalam hamparan lumut dan humus. Rata-rata ukurannya antara 0,5-15 mm
tetapi ada yang dapat mencapai 25 cm yang biasanya sebagai parasit, misalnya Panella sebagai ektoparasit pada ikan
laut dan ikan hiu.
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthtropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Maxillopoda
Subkelas : Copepoda
Tubuh kelompok ini berbuku-buku dengan bentuk pipih memanjang dan berkaki
pendek dimana anterior lebih lebar. Bentuk dewasa mempunyai sebuah alat
penginderaan pertama yaitu antena yang tersusun dari banyak segmen. Sedangkan
antena kedua berfungsi untuk memegang. Pada daerah oral tubuh, dari beberapa
kelompok yang termasuk parasit Copepoda termodifikasi sebagai mulut yang
berbentuk pipa (mouth-tube) yang berfungsi untuk menyedot makanan, dengan
mandibula berbentuk seperti parutan dibagian dalamnya.
Anatomi tubuh Copepoda:
Adaptasi secara morfologis yang terjadi pada parasit Copepoda berupa
tambahan Cephalothorax yang kompleks pipih memanjang dan bagian ventral cembung
dengan sebuah lempeng penghisap (sucking disc). Selain itu ada yang mempunyai
struktur seperti jangkar, berfungsi untuk menjaga parasit agar tetap menempel
pada hospes selama hidupnya. Contohnya pada Lernaecopodidae dan bangsa Siphonostomatoida.
Copepoda dewasa berukuran antara 1 dan 5 mm. Bagian depan meliputi 2 bagian
yakni cephalotoraks dan abdomen yang lebih kecil dibandingkan cephalotoraks.
Pada bagian kepala memiliki mata di bagian tengah dan antenna yang pada umumnya
sangat panjang. Copepoda yang bersifat planktonik pada umumnya suspension
feeders.
Copepod dibagi menjadi 10 ordo, yaitu: Calanoid, Harpacticoid, Cyclopoid,
Gelylloida, Harpacticoida, Misophrioida, Monstrilloida, Platycopioida,
Poecilostomatoida, Siphonostoida, dan Argulidae. Sebagian besar anggota dari
Copepoda adalah parasit pada invertebrata lain atau ikan. Kelompok-kelompok
parasit menunjukkan sejumlah besar keanekaragaman morfologi dan memiliki
spesialisasi yang luar biasa banyak untuk gaya hidup mereka parasit. Tiga
kelompok yang paling sering hidup bebas,yaitu Calanoida, Harpactacoida, dan
Cyclopoida. Para Harpactacoida bersifat bentik terbukti dengan berbentuk ulat
mereka (berbentuk cacing). Para Calanoida dan Cyclopoida bersifat planktonik
dan keduanya sangat penting dalam jaring makanan pada ekosistem.
Copepoda berenang menggunakan kaki renang dengan gerakan yang sangat cepat
dan menyentak-nyentak (jerky sudden motions). Bila gerakan kaki renang
berhenti, maka antena pertama (antenul) membuka ke arah lateral supaya tidak tenggelam.
Bila sedang berenang, antenul mengarah ke belakang.
Kebanyakan copepoda planktonik di luar terdapat pada lapisan permukaan
sampai kedalaman 50 m, namun banyak spesies dijumpai sampai 2.000 m, bahkan
beberapa spesies lebih dalam lagi. Banyak spesies copepoda melakukan migrasi
vertikal, dan dalam hal ini dipengaruhi cahaya. Harpacticoida dan cyclopoida
penghuni dasar perairan merayap atau meliang (burrow) dalam substrat
menggunakan kaki thorax dan gerak undulasi tubuh. Banyak harpacticoida hidup
sebagai fauna interstisial mempunyai tubuh langsing dan antenna yang pendek.
Copepoda planktonik umumnya bersifat filter feeder dan memakan
plankton. Banyak pula jenis yang menangkap organisme lebih besar disamping
sebagai filter feeder, bahkan beberapa spesies merupakan predator. Beberapa
jenis Cyclopoida seperti beberapa spesies Cyclops juga predator.
Kebanyakan Harpaticoid benthic memakan bakteri dan detritus. Cadangan
makanan dalam bentuk butir-butir minyak merupakan penyebab utama warna merah
cerah pada beberapa spesies Diaptomus.
Tubuh Copepoda dibagi menjadi dua daerah,yaitu prosomal dan urosomal.
Wilayah ini dipisahkan oleh artikulasi utama atau titik meregangkan dalam
tubuh. Kelompok copepoda yang berbeda memiliki nomor yang berbeda dari segmen
dalam prosome, sehingga generalisasi tidak dapat dibuat. Pada bagian prosomal
dibagi menjadi dua bagian yaitu cephalotoraks (kepala dengan toraks dan segmen
toraks ke enam) dan abdomen yang lebih kecil dibandingkan cephalotoraks,
sedangkan urosomal merupakan bagian
segmen toraks ke-7 sampai ekor. Hampir semua bagian tubuh ditemukan pada segmen
prosomal kecuali untuk bagian spiney pada segmen tubuh terakhir disebut caudal
ramus.
Cephalotoraks mempunyai 5 pasang anggota tubuh yaitu antena
pertama, antena kedua, mandible, maxila pertama, maxilla kedua. Antena pertama
berjumlah 25 segmen yang berfungsi sebagai alat sensor, gerak dan proses
pembuahan/copulasi (jantan) untuk menempel pada betina. Antena kedua lebih
pendek & berfungsi alat sensor jika ada mangsa atau saat terancam maka
antenna ini yang akan mengirim sensor ke otak. Mempunyai sebuah mata nauplius
median (di tengah) yang terdiri atas 3 buah ocelli yaitu 2 lateral dan sebuah
median. Selain itu juga terdapat sepasang maksilliped dan masing pasangan mempunyai
kaki renang yang biramus (3 segmen eksopod & 3 segmen endopod). Pada betina
memiliki egg sac atau kantung telur
untuk menyimpan telur. Bagian abdomen juga terdapat kaki renang yang biramus
yang berjumlah lima pasang.
Habitat copepoda bermacam-macam, antara lain:
1.
Habitat Laut
Meskipun
copepoda dapat ditemukan hampir di mana air tersedia tetapi sebagian besar yang
dikenal hidup di laut. Karena mereka adalah biomassa terbesar di lautan.
Beberapa menyebut mereka serangga laut. Mereka berkeliaran bebas air, liang
melalui sedimen di dasar laut, ditemukan pada flat pasang surut dan dalam parit
laut dalam. Setidaknya sepertiga dari semua spesies hidup sebagai
asosiasi, commensals atau parasit pada invertebrata dan ikan. Salah satu hotspot
keanekaragaman spesies terumbu karang tropis di IndoPacific. Beberapa spesies
karang adalah host untuk sampai dengan 8 spesies copepoda. Seperti flat pasang
mangrove berkerumun dengan kehidupan copepoda .
2.
Habitat Air Tawar
Spesies dari
Calanoida, Cyclopoida dan Harpacticoida telah berhasil dijajah semua jenis
habitat air tawar dari sungai kecil untuk danau gletser tinggi di Himalaya.
Meskipun keanekaragaman jenis di air tawar tidak setinggi dalam kelimpahan laut
copepoda terkadang cukup besar untuk noda air. Bahkan di air tanah copepoda
khusus telah berevolusi. Beberapa spesies copepoda dapat ditemukan pada musim
gugur daun hutan basah atau di tumpukan kompos basah, kadang-kadang dalam
kepadatan cukup tinggi. Lainnya tinggal di lumut gambut atau bahkan dalam
phytothelmata (kolam kecil terbentuk di axils meninggalkan tanaman) dari
bromeliad dan tanaman lainnya.
ISI
Upaya pengendalian
vektor penyakit secara kimia dengan menggunakan insektisida semakin lama justru
menimbulkan resistensi nyamuk vektor. Mengingat ha1 tersebut maka dikembangkan
jasad hayati sebagai alternatif untuk mengendalikan jentik nyamuk vektor. Mesocyclops
aspericornis merupakan salah satu jasad hayati yang digunakan dalam
pengendalian vektor.
Untuk perbanyakannya, Mesocyclops aspericornis mengalami
reproduksi seksual. Spesies ini baik jantan maupun betina melakukan aktivitas
kawin satu kali atau lebih. Individu betina memiliki sepasang kantong telur.
Setiap kantong telur berisi 2-50 butir telur. Perkembangannya dari telur yang
fertil menjadi stadium larva yang disebut nauplius, dan selanjutnya mengalami
metamorfosis menjadi copepodit dan akhirnya menjadi dewasa.
Mesocyclops
aspericornis merupakan
salah satu jasad hayati yang digunakan untuk pengendalian jentik nyamuk vektor.
Spesies tersebut telah digunakan dalam pengendalian jenis Aedes aegypi.
Mesocyclops
aspericornis betina mempunyai sebuah atau
sepasang ovary dan sepasang seminal receptacle. Mesocyclops
aspericornis jantan yang
hidup bebas biasanya mempunyai sebuah testes dan membentuk spermatofora. Pada
waktu kopulasi, Mesocyclops aspericornis jantan memegang yang betina dengan antena pertama atau kaki renang keempat
atau kelima yang berbentuk capit, dan melekatkan spermatofora pada betina pada
pembuahan seminal receptacle. Sekali kopulasi dapat digunakan untuk
membuahi 7 sampai 13 kelompok telur. Telur yang telah dibuahi dierami dalam
sebuah atau sepasang kantung telur. Tiap kantung telur berisi antara 5 sampai
50 butir telur. Mesocyclops aspericornis betina mengerami telur sampai selama 12 jam sampai 5 hari, maka kantung
telur hancur dan keluarlah larva yang disebut nauplius. Kemudian Mesocyclops
aspericornis betina tersebut akan menghasilkan kantung baru dan kelompok telur baru.
Stadia nauplius sebnyak 5 atau 6 instar, kemudian menjadi copepodid
sebanyak 5 instar, dan akhirnya menjadi dewasa. Mesocyclops
aspericornis dewasa tidak mengalami
pergantian kulit. Perkembangan dari telur sampai dewasa memakan waktu antara
satu minggu sampai satu tahun. Mesocyclops
aspericornis hidup bebas berumur antara 6 bulan sampai satu tahun lebih. Untuk
mempertahankan diri terhadap lingkungan buruk, beberapa caponoid dan
harpaticoid air tawar menghasilkan telur dengan cangkang tipis dan telur dorman
dengan cangkang tebal. Jenis air tawar yang lain, ada instar copepodid
atau dewasa melakukan estivasi dengan membungkus diri dengan selubung organic
yang keras dan menjadi siste. Selain untuk mempertahankan diri terhadap
lingkungan buruk, telur dorman atau siste juga merupakan sarana penyebaran
keturunan.
Copepoda hidup bernafas dengan permukaan tubuh. Kelenjar makila merupakan
alat ekskresi. Tidak ada jantung ataupun pembuluh darah. Darah beredar dalam
hemocoel karena adanya gerakan otot, apendik saluran pencernaan. Hanya calanoid
yang mempunyai jantung semacam kantung. Susunan syaraf terpusat, dan benang
syaraf tidak melewati thorax. Copepoda yang hidup sebagai parasit lebih dari
1000 spesies. Kebanyakan sebagai ektoparasit, namun banyak juga sebagai
endoparasit dalam tubuh polychaeta, usus leli laut, saluran pencernaan tunica
dan kerang, bahkan pada crustacea lain. Endoparasit acapkali tidak mempunyai
mulut, dan makanan diabsorbsi langsung dari inang.
PENUTUP
Mesocyclops
aspericornis dilaporkan
sebagai hewan pemakan algae, rotifera, copepoda yang lain, protozoa,
chironomid, oligochaeta, larva ikan dan beberapa organisme aquatik lain. Di
daerah tropis dam sub tropis, spesies tersebut distribusinya tersebar luas dan
terdapat dalam jumlah yang melimpah di danau air tawar, reservoar, parit,
kolam, lubang pohon, sumur, dan lubang kepiting.
M. aspericornis lebih
baik diaplikasikan di daerah dengan kondisi air yang terbatas dan pengurasan
jarang dilakukan oleh penduduk. Disarankan untuk dapat dilakukan penelitian
lanjutan dengan skala yang lebih luas baik area maupun jumlah TPA.
0 komentar:
Posting Komentar